![]() |
Tommy Soeharto dan petani. (Foto: Istimewa) |
NET - Ketua Umum Partai Berkarya Tommy Soeharto mengatakan
kemandirian Indonesia hanya bisa dicapai lewat pembangunan ekonomi kerakyatan
dengan kearifan lokal.
"Ekonomi kerakyatan adalah dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat, yang dibangun dengan kearifan lokal," ujar Tommy
Soeharto dalam kunjungan ke Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, untuk acara
panen raya bersama petani binaan Partai Berkarya, Jumat (22/3/2019).
Kearifan lokal adalah tata nilai atau perilaku hidup
masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan secara arif. Kearifan
lokal di satu dan tempat lain tidak sama, dan kerap menjadi bahan kajian
peneliti.
Partai Berkarya, ujar putra ketiga Presiden Soeharto itu,
hadir dengan solusi itu. Selama ini isu kearifan lokal dalam pembangunan
ekonomi kerakyatan cenderung terabaikan, kendati menjadi bahan kajian ilmiah di
berbagai universitas.
"Jadi, Partai Berkarya hadir tidak membawa janji dan
slogan-slogan," tutur Tommy.
Menurut Tommy Soeharto, idealnya reformasi memperbaiki yang
buruk dan membuat yang baik menjadi lebih baik. Setelah 21 tahun reformasi,
yang terjadi adalah kita tidak tahu lagi kapan Indonesia menjadi negara maju.
"Kita kian jauh dari sebutan negara berdaulat, negara
adil, dan negara makmur," katanya. "Pada saat yang sama kesenjangan
kaya-miskin makin lebar, dan kemiskinan terus bertambah."
Pembangunan ekonomi kerakyatan dengan kearifan lokal akan
membuat sektor pertanian, peternakan, perkebunan rakyat, dan nelayan, terlibat
dalam pembangunan Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur.
Di sektor pertanian, Partai Berkarya memberi bukti dengan
penyediaan pupuk bregadium hypernano ke petani di Kabupaten Purbalingga. Uji
percontohan di lima titik memperlihatkan pupuk teknologi tinggi itu meningkatkan
hasil panen sampai 35 persen.
"Kita juga akan membantu petani memasarkan hasil
produksi," ujarnya. "Selama ini, petani menikmati harga rendah dan
konsumen terbebani harga tinggi. Ini semua akibat mata rantai perdangan yang
sangat panjang."
Menurut Tommy, Partai Berkarya berusaha membantu petani
memasarkan produknya langsung ke konsumen dengan menghadirkan toko grosir Goro.
Cara ini akan membuat petani menikmati harga lebih baik, dan konsumen tidak
terbebani harga tinggi.
"Selama ini mata rantai yang panjang tidak hanya
merugikan konsumen, tapi juga membuat petani tidak pernah makmur,"
katanya.
Sebagai contoh, tahun lalu Banyuwangi adalah penyuplai 70
persen kebutuhan cabe Jakarta. Di tingkat petani, harga cabe saat itu Rp 20
ribu sampai Rp 30 ribu per kilogram. Di Jakarta, konsumen membeli cabe itu Rp
20 ribu per ons.(*12 /pur)
0 Comments