Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Prof. Sumaryoto : Siasat Indonesia Maju Dengan Cara Bertahan

Prof Sumaryoto: persaingan antar-bangsa. 
(Foto: Dade Fachri/TangerangNet.Com) 




NET -  Zaman sudah berkembang demikian pesat, pada era digital dan komputerisasi sudah di depan mata dalam persaingan antar bangsa sudah sedemikian ketat. Menghadapi era persaingan dan perkembangan teknologi yang semakin pesat, era digitalisasi dapat dihadapi dengan cara bertahan.

Rektor Universitas Indraprasta (Unindra) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Prof. Dr. H. Sumaryoto mengatakan contoh Jepang. Negara itu luluh lantak saat perang dunia kedua, namun mampu bangkit kembali dan bahkan mampu menjadi negara maju di dunia saat ini. 

Kenapa Jepang bisa maju, karena Jepang menjalankan strategi bertahan. "Cara bertahan Jepang, dengan menggunakan produk-produk buatannya sendiri dan tidak menggunakaan produk asing," ujar Sumaryoto kepada wartawan, Jumat (15/3), saat di ruang kerjanya, di Jakarta. 

Meski negaranya terkena bencana, namun Jepang tetap bertahan dengan pendiriannya, menggunakan produk buatan sendiri. 

Akibatnya, kata Sumaryoto, timbul kepercayaan dirinya dan produk-produk Jepang mampu bersaing dan merajai produk-produk dunia barat. Indonesia sendiri dapat berkaca dari pengalaman Jepang dalam mengelola negara. Indonesia dapat memperkuat pertahanan ekonominya seperti Jepang. 

"Dengan percaya diri dan mulai berani menggunakan produk-produknya sendiri, Indonesia malah dapat survive dan malah dapat mengekspor produknya ke luar negeri,” tutur Sumaryoto. 

Kalau ekonominya sudah maju, Sumaryoto yakin penduduk Indonesia dapat lebih sejahtera dan mampu menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah yang bermutu. 

Ditanya apakah generasi muda Indonesia dapat bersaing dengan generasi muda di luar negeri? Sumaryoto mengatakan kemampuan bersaing generasi muda Indonesia bergantung pada faktor budaya dan perkembangan masyarakat. 

Jepang, kata Sumaryoto, bukan lepas dari budaya dan perkembangan masyarakat. Dan faktor-faktor tersebut yang membentuk budaya di barat itu, tidak sama dengan di Indonesia. Kondisi ekonomi masyarakat Indonesia saat ini rata-rata miskin dan rendah pendapatannya. Sedangkan di sana serba komplit, serba mandiri sedangkan di sini tidak seperti di barat. 

Sementara itu, Sumaryoto menyikapi vitalnya setelah beberapa orang ibu di daerah Jawa barat melakukan kampanye hitam yang viral dunia maya terkait isu penghapusan pendidikan agama dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan agama dalam dunia pendidikan sangat diperlukan, karena dapat membantu membentuk moral seorang peserta didik dalam kehidupannya.

"Pendidikan agama sangat perlu dalam dunia pendidikan, karena ini merupakan landasan pembentukan moral bagi peserta didik yang akan terjun ke dalam dunia yang nyata. Sehingga nantinya dapat menghasilkan generasi yang baik bahwa pendidikan di Indonesia memiliki karakter yang kuat karena adanya pendidikan agama didalamnya," kata Sumaryoto secara tegas menolak isu tersebut.

Sumaryoto menjelaskan pendidikan agama dalam dunia pendidikan sangat diperlukan, karena dapat membantu membentuk moral seorang peserta didik dalam kehidupannya. Pendidikan agama sangat perlu dalam dunia pendidikan karena ini merupakan landasan pembentukan moral bagi peserta didik yang akan terjun ke dalam dunia yang nyata. Sehingga nantinya dapat menghasilkan generasi yang baik.

"Bahwa pendidikan di Indonesia memiliki karakter yang kuat karena adanya pendidikan agama di dalamnya. Bahkan untuk membentuk lulusan yang berakhlak mulia, tempat dirinya mengabdi memberikan pendidikan agama sebanyak dua semester. Ini penting, karena lulusan di sini (Unindra) yang notabene calon pengajar sangat diperlukan dalam mencetak generasi dan dengan bekal agama yang baik diharapkan dapat menghasilkan dan mendidik murid-muridnya menjadi generasi penerus yang berakhlak baik," ujarnya. (dade)

Post a Comment

0 Comments