Taufik Syahzaeni saat mendengarkan paparan dari JICA tentang air baku. (Foto: Man Handoyo/TangerangNet.Com) |
"Sekarang masih tahap penjajakan, survey lokasi dan
hitung-hitungan datanya terus dilakukan. Teknologi ini sudah dipakai oleh
Jepang, Laos, dan Vietnam," jelas Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR
Taufik Syahzaeni yang ditemui di ruang Rapat Dinas PUPR, Karawaci, Selasa
(27/11/2018).
Rainwater Harvesting System, kata Taufik, berfungsi sebagai
penampungan air dikala hujan, kemudian air yang sudah ditampung atau
"dipanen" ini nantinya akan melalui beberapa proses hingga dapat
digunakan kembali sebagai air baku atau air minum serta kebutuhan lain
sehari-hari. Sehingga saat memasuki musim penghujan dan curah hujan cukup
tinggi, air hujan dapat dimanfaatkan secara optimal yang dapat meminimalisir
banjir dan genangan.
Taufik Syahzaeni menjabarkan apabila penjajakan teknologi
ini nantinya berhasil, maka Kota Tangerang menjadi kota pertama di Indonesia
yang mengadopsi teknologi ini.
Taufik menjelaskan teknologi ini berbentuk seperti
penampungan air hujan yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
air baku sangatlah bernilai tinggi apalagi disaat musim kemarau.
"Kalau teknologi ini kita terapkan sangat bagus untuk
ke depannya. Apalagi materialnya ada di Indonesia nanti aplikasi dan bentuk desainnya
dari mereka," ujarnya.
"Saat musim hujan, bisa jadi penampungan air untuk
mengurangi genangan. Dan saat kemarau tidak khawatir kekeringan karena ada
tampungan air bersih. Bahkan kalau di Jepang air hujannya setelah lewat alat
ini langsung bisa diminum," tambahnya.
Perwakilan Pusat Air Tanah dan Air Baku Kementerian PUPR,
Anshar mengatakan Kota Tangerang sebagai kota industri sangat bisa menggunakan
teknologi ini.
"Kan di Jepang sendiri negara industri berarti di sini
juga bisa. Kalau nanti hujan asam alat ini bisa mengubah Ph-nya menjadi basa. Artinya
airnya sangat berkualitas dan aman untuk diminum," terangnya.
Sementara itu, Mr. Okamoto dari Daiken Corporation selaku
pemilik alat teknologi Rainwater Harvesting System menyatakan teknologi ini
sangat cocok diterapkan di Indonesia untuk mengatasi masalah kekeringan, air
bersih dan banjir sekaligus.
"Karena alat ini memanen air yang ditampung saat hujan
dan dapat digunakan kembali untuk air bersih saat musim kemarau,"
tukasnya.
Apabila proses penjajakan dari teknologi Rainwater
Harvesting System ini berhasil, wilayah yang akan menjadi pilot project di antaranya
Kecamatan; Larangan, Ciledug, dan Karang Tengah.(Man)
0 Comments