Petani, pengusaha, penggiat jagung, dan aparat Pemerintah dari desa sampai kabupaten kumpul. (Foto: Syafril Elain/TangerangNet.Com) |
“Ada tujuan sama antara petani, pengusaha, dan aparat Pemerintah
untuk menanam jagung di Kecamatan Wanasalam ini,” ujar Sekretaris Jenderal
Dewan Jagung Nasional (DJN) Maxdeyul Sola kepada wartawan, Kamis (1/11/2018).
Maxdeyul Sola mengatakan potensi Banten untuk bertanam
jagung dengan tanah yang luas sangat terbuka lebar. “Sekarang ini tanah
tersedia, petani mau menanam jagung, dan pengusaha sebagai pemodal ada. Insya
Allah akan jalan,” tutur Sola.
Kepala Desa Muara Binuangeun H Endang menyebutkan warga di
desa ini sudah pernah menanam jagung tapi tidak ada yang membeli hasil panen,
sehingga tidak berkembang. “Sekarang kita undang Dewan Jagung Nasional dan
tersedia serta petani semangat lagi untuk tanam jagung,” ucap Endang.
Endang menyebutkan dalam waktu dekat ini akan menyediakan
sekitar 50 hektare tanah untuk ditanam jagung. “Saya akan siapkan sekitar 50
hektare untuk ditanam jagung. Silakan ditanam jagung dan bila diperlukan dibuatkan
kerjasama antara petani dan pengusaha sebagai pemodal,” ujar Endang.
Sementara itu, Camat Wanasalam Cece Saputra mengungkapkan wilayahnya di Kabupaten Lebak adalah daerah miskin sehingga perlu ada upaya untuk peningkatan pendapatan penduduk. Dengan adanya Gerakan Agrobisnis Jagung Banten akan dapat meningkatkan penghasilan warga yang kini berpenduduk 58.312 jiwa.
“Saya mendukung sepenuhnya untuk melaksanakakan Gerakan
Agrobisnis Jagung Banten agar warga di Kecamatan Wanasalam lepas dari predikat
penduduk miskin. Berapa pun lahan yang diperlukan untuk menanam jagung demi
meningkatkan penghasilan penduduk, saya siap membantu,” tutur Cece Saputra
bertekad.
Keinginan para petani tersebut mendapat sambutan dari salah
seorang pengusaha perempuan Ny. Ninuk, asal Bandung, Jawa Barat. “Saya permisi
kepada bapak dan ibu di sini. Saya berminat untuk membantu petani dari segi
pembiayaan dalam menanam jagung,” tutur Ny. Ninuk yang sudah berpengalaman
bisnis jagung di Sulawesi.
Bila pemerintah sudah menyediakan pupuk, benih, dan sarana
pendukung, kata Ny Ninuk, tinggal biaya pemeliharaan. “Saya bersedia akan
membiaya untuk menanam jagung sebesar Rp 4 juta per satu hektare. Dana untuk
kebutuhan petani tapi bukan untuk membeli benih dan pupuk. Saya siap membeli
hasil panen jagung,” ujar Ny.Ninuk yang mendapat sambutan dari hadirin. (ril)
0 Comments