Pedagang sayuran menempati lapak yang sebelumnya menjadi halaman parkir. (Foto: Syafril Elain/TangerangNet.Com) |
NET – Pasar Babakan semula didirikan sebagai pasar
tradisional yang modern. Artinya, pasar tradisional yang berada di pusat Kota
Tangerang, bersih, rapi, dan indah.
Pasar sebelumnya adalah Pasar Cikokol, tergusur karena
pembangunan kawasan bisnis Tangerang City, menjadi tumpuan para warga bagi
sebagai pedagang maupun pembeli. Namun, cita-cita manis tersebut hanya sebuah
harapan yang tidak serius dikelola.
Pasar Babakan berada Utara dari Tangcity di kelilingi
lembaga penidikan seperti Sekolah Dasar (SD) Negeri Sukasari 4 dan 5, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 4, Jalan
Mohammad Yamin, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Pasar ini pun berbatasan dengan
perguruan tinggi swasta Universitas Islam Syech Yusuf di Jalan Maulana Yusuf,
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
“Ini sepeda motor pelajar SMP Negeri 4 yang parkir sejak
pagi hingga siang,” tutur Jumadi, juru parkir Pasar Babakan kepada TangerangNet.Com,
Selasa (11/9/2018).
Sejumlah sepeda motor terparkir rapi di pintu ke luar Pasar
Babakan. Hal ini bisa terjadi karena SMP Negeri 4 tidak menyediakan lahan
parkir yang cukup bagi sepeda motor untuk murid. Kalaupun ada halaman parkir tidak
mampu menampung seluruh sepeda motor murid.
Di dalam Pasar Babakan, hamparan halaman parkir yang semula
disediakan untuk parkir kendaraan berubah fungsi menjadi lapak tempat pedagang
kaki lima menggelar dagangannya. Mulai dari dagang sayur bayam, tempe, bawang,
jengkol, kelapa, ikan, dan aneka dagangan lainnya. Akibatnya, parkir kendaraan
pembeli tidak semua bisa masuk dan terpaksa sebagian memarkirkan kendaraan di Jalan
Perintis Kemerdekaan.
“Enakan parkir di luar Pasar Babakan. Di dalam parkirnya
acak kadut (tidak beraturan-red),” ucap Tomi, warga Perumnas II, Cibodas.
Keriuhan Pasar Babakan ditingkah sejumlah orang meminjam
uang kepada pedagang atau pekerja dengan bunga yang mencekik leher atau biasa
disebut oleh warga rentenir. “Memang kalau minjam uang dari rentenir, mudah dan
cepat. Tapi bunganya gila,” ujar Nikolas.
Nikolas yang menjadi centeng di Pasar Babakan tersebut
menceritakan bila pinjam uang dari rentenir Rp1 juta misalnya, wajib
dikembalikan dalam waktu dengan tempo 25 hari. “Setiap hari, kita harus
mengangsur pinjaman paling sedikit Rp 50 ribu,” ungkap Nikolas.
Counter BRI: minjam harus ada jaminan. (Foto: Syafril Elain/TangerangNet.Com) |
Meski begitu, bukan hanya rentenir saja hadir di Pasar
Babakan tersebut, sejak 6 bulan Bank Rakyat Indonesia (BRI) membuka counter di
halaman parkir sebelah Timur pasar tersebut. Counter BRI satu deret dengan
pedagang pecel lele.
“Iya Pak, kita baru buka sejak 6 bulan lalu. Pedagang yang
datang ke counter ini lebih banyak mengirim uang,” tutur petugas BRI yang
mengenakan hijab tersebut.
Wanita berparas ayu tersebut mengungkap proses pinjam uang ke BRI
tetap menggunakan prosedur jaminan. “Bisa jadi karena harus ada jaminan, pedagang
enggan pinjam uang ke sini,” tuturnya.
Meskipun kondisi Pasar Babakan seperti itu tetap menjadi
pilihan warga Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang. “Saya
lebih suka berbelanja ke sini. Beli di sini tidak terlalu banyak tapi harga
murah. Kan kalau belanja ke Pasar Induk Sayur Tanah Tinggi beli dalam partai
besar,” ujar Sutarno, yang mengaku berdagang nasi goreng di Serpong, Kota Tangerang
Selatan. (ril)
0 Comments