BJ Habibie (tengah berpeci) dan sejumlah mantan Kepala BPPT. (Foto: Dade Fachri/TangerangNet.Com) |
NET - Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga unggulan teknologi dalam pengkajian
dan penerapan teknologi untuk meningkatkan daya saing menuju kemandirian
bangsa.
Kepala Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto mengatakan merumuskan dan merekomendasikan
kebijakan nasional di bidang teknologi untuk peningkatkan daya saing menuju
kemandirian bangsa.
"BPPT melaksanakan
pengkajian dan penerapan teknologi untuk menghasilkan inovasi teknologi, audit
teknologi, kliring teknologi, alih teknologi, dan layanan teknologi.
Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi
birokrasi," ujar Unggul, Kamis (23/8/2018), saat acara "40 Tahun
BPPT: Kuasai Teknologi, Menjadi Bangsa Yang Berlari", di Auditorium BPPT,
Gedung II BPPT, Jalan MH Thamrin No. 8, Jakarta.
Bukti nyata dari visi dan misi
tersebut, kata Unggul, telah banyak inovasi dan layanan teknologi yang
dihasilkan BPPT dan telah dimanfaatkan, baik oleh instansi pemerintah pusat dan
daerah, industri maupun masyarakat luas. Sebagai capaian kinerja dari misi
pertama BPPT memberikan rekomendasi kebijakan teknologi.
"Memasuki usia yang ke-5
windu atau 40 tahun ini, BPPT berusaha untuk semakin meningkatkan kontribusinya
dalam pembangunan nasional, khususnya dalam peningkatan daya saing dan
kemandirian. Kontribusi tersebut terus diperkuat dengan BPPT, yakni
kerekayasaan, audit teknologi, kliring teknologi, intermediasi teknologi, alih
teknologi, difusi, dan komersialusasi teknologi," ujarnya.
Sementara itu, Presiden Indonesia
Ketiga, BJ Habibie mengatakan pentingnya penguasaan teknologi untuk kedaulatan
dan kejayaan Indonesia, tidak bisa membuat sebuah penemuan ulang (riset dasar)
sesuatu teknologi yang sudah lama ditemukan bangsa lain. Karenanya, pasti akan
selalu tertinggal.
"Sebab, negara maju sudah
lama menemukan dan menemukan dan menggeluti teknologi canggih dan semakin
canggih dari waktu ke waktu. Konsep Habibie ‘berawal dari akhir-berakhir di
awal’ adalah cara yang efisien, realistis, dan sistematis di dalam alih
teknologi industri untuk mengejar ketinggalan bangsa Indonesia di bidang Iptek
dari bangsa yang telah maju," tutur Habibie.
Peran lain yang mampu dilakukan
oleh BPPT, menurut Habibie, yaitu mengkaji teknologi, mengaudit teknologi,
termasuk juga memberikan solusi teknologi. Seluruh aktivitas kegiatan BPPT
tersebut ditujukan untuk memberikan pelayanan teknologi guna mendukung
peningkatan kesejahteraan rakyat dan pembangunan berkeadilan.
"Jenis pelayanan teknologi
BPPT terdiri atas rekomendasi, advokasi, alih teknologi, konsultansi,
pengujian, jasa operasi, pilot project, pilot plant, prototipe dan survei. BPPT
mengimbangi tugas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional," ujarnya.
Habibie mengatakan bila Bappenas
merancang kebijakan makro, BPPT memastikan kebijakan tersebut terealisasi
dengan mengawalnya dengan kajian kebijakan teknologinya dalam tatanan mikro.
Banyak hal dilakukan Habibie
sebagai Menristek dengan back up kaji terap bidang teknologi oleh BPPT.
"Banyak kemajuan dibuat,
yang sebagian besar dianggap mendahului zamannya. Ketika menjadi saya menjadi
Menristek, mengimplementasikan visinya yakni membawa Indonesia menjadi negara
industri berteknologi tinggi. Caranya dengan mendorong lompatan dalam strategis
pembangunan yakni melompat dari agraris langsung menuju negara industri
maju," ungkap Habibie. (dade)
0 Comments