![]() |
Dadang Suhendar: keanekanragaman bahasa. (Foto: Dade Fachri/tangerangnet.com) |
NET- Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebutkan ada 11 bahasa daerah di
Indonesia dalam ambang kepunahan tersebut, mengingatkan kembali perihal khazanah bahasa daerah di
Indonesia yang sangat bervariasi dan tersebar dari Sabang sampai Merauke dan
Miangas Hingga Rote.
"Di sisi lain, tema
itu juga mengingatkan kita untuk melestarikan keanekaragaman bahasa daerah dan
menjadikan sebagai sarana dalam proses memajukan bangsa, khususnya
mempromosikan pendidikan multibahasa berbasis bahasa ibu-yang di Indonesia
identik dengan bahasa daerah-pada awal jenjang sekolah," ujar Kepala Badan
Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dadang Suhendar, Rabu (21/2/2018).
Hal itu diungkapkan
Dadang saat acara Gelar Wicara Dan Festival Tunas Bahasa Ibu "Kebinekaan
Bahasa Daerah Sebagai Potensi Pemajuan Bangsa", di Aula Sasadu, Gedung
Samudra, Kantor Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Rawamangun, Jakarta
Timur.
Pada Hari Bahasa Ibu
Internasional yang dirayakan setiap tahun pada 21 Februari, UNESCO mengulangi
komitmennya terhadap keragaman bahasa dan mengingatkan setiap orang untuk
merayakan hari itu sebagai pengingat bahwa keanekaragaman bahasa dan
multilingualisme sangat penting untuk pembangunan berkelanjutan. UNESCO juga
menggunakan hari itu untuk berfokus pada keragaman bahasa dan multilingualisme
sebagai bagian internal dari pembangunan berkelanjutan, khususnya mewujudkan
empat tujuan pembangunan berkelanjutan.
"Untuk memantik
kepedulian masyarakat terhadap bahasa ibu, badan Bahasa sebagai rangkaian dari
agenda rutin tahunan untuk peringatan Hari Bahasa Internasional,” tutur Dadang.
Dadang mengatakan isu
penting dalam tema besar acara Gelar Wicara Bahasa Ibu akan dipaparkan oleh
Kepala Badan Bahasa yang terkait akan diangkat dalam adalah pemajuan budaya
dalam konstelasi sejarah bangsa Indonesia yang akan disampaikan oleh Direktur
Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peran lembaga adat dalam
pelestarian bahasa daerah yang akan disampaikan oleh Raja Negeri Hitu Lama,
Maluku Tengah, Propinsi Maluku, peran Pemerintah daerah dalam pengembangan dan
Perlindungan bahasa daerah yang akan disampaikan oleh Bupati Rote-Ndao,
Provinsi NTT, kata Dadang.
Dadang mengungkapkan ada
652 bahasa daerah di Indonesia dimana bahasa di NTT, Maluku, dan Papua belum
seluruhnya teridentifikasi, dari 652 bahasa yang dipetakan, 11 bahasa sudah
punah, 4 bahasa kritis, 19 bahasa terancam punah, 2 bahasa mengalami
kemunduran, 16 bahasa dalam kondisi rentan. Bahasa yang sudah punah diantaranya
yakni bahasa Mawes, bahasa Tandus di Papua.
"Di Maluku dan
Maluku Utara bahasa yang sudah tidak ada di antaranya Nila, Serua, Hoti,
Hukumina, Ternateno, Palumata, Piru, Moksela, Kajeli. Bahasa dalam kondisi
kritis di antaranya Bahasa Reta (NTT), Bahasa Meher (Maluku Tenggara Barat),
Bahasa Ibo (Maluku), Bahasa Saponi (Papua). Indikator dari vitalitas bahasa
dilihat dari penutur, kontak bahasa, bilingual, posisi dominan masyarakat
penutur, ranah penggunaan bahasa, sikap bahasa, regulasi, pembelajaran,
dokumentasi, dan pengaruh media," ungkap Dadang. (dade)
0 Comments