Hendry Ch Bangun saat berbincang dengan Jung Kyungsung. (Foto: Istimewa) |
NET - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ikut mengecam kekerasan yang
dilakukan aparat kemanan Republik Rakyat China (RRC) terhadap dua wartawan
Republik Korea yang sedang bertugas meliput kunjungan Presiden Moon Jae-in ke
Beijing.
Kedua pewarta foto Korea Selatan itu dipukul hingga jatuh dan terluka di
arena pameran perdagangan yang dihadiri Moon Jae-in sebelum Presiden Moon
bertemu Presiden Xi Jinping.
"Kejadian ini patut kita sesalkan. Semua pihak, termasuk aparat
keamanan China mestinya bisa menghormati wartawan yang sedang menjalankan
tugas. Apalagi mereka merupakan rombongan resmi pemerintah," ujar Sekjen
PWI Hendry Ch. Bangun dalam pertemuan dengan Presiden Asosiasi Wartawan Korea
(AWK) Jung Kyusung di Hotel Presiden, Seoul, Jumat (15/12/2017).
Salah seorang korban kekerasan dipulangkan hari ini, sementara seorang lagi
akan kembali besok. Berita pemukulan itu menjadi berita utama di berbagai
stasiun televisi Korea. Foto yang memperlihatkan salah seorang korban, Lee
Chungwoo, terjatuh, menghiasi halaman muka koran-koran Korea Selatan.
Presiden AWK Jung Kyungsung mengucapkan terima kasih atas simpati yang
diperlihatkan PWI. "Kami akan
memberikan bantuan maksimal kepada kedua korban," katanya.
Hendry dan sejumlah pimpinan PWI dari berbagai provinsi sedang berada di
Korea Selatan dalam rangka kunjungan persahabatan kerjasama PWI dan AWK.
Kabar mengenai kekerasan yang dialami wartawan Korea Selatan itu telah
disampaikan Wakil Presiden AWK Choi Woosuk dalam jamuan makan malam menyambut
delegasi PWI, Kamis (14/12) malam. Menurutnya, masyarakat pers Korea Selatan
menganggap kejadian ini sebagai tindakan yang tidak bersahabat dari China.
Selain kekerasaan yang dilakukan aparat keamanan ini, ada beberapa kejadian
lagi yang tidak mengenakan selama kunjungan Moon Jaein ke China. Misalnya,
tidak ada penjemputan di bandara yang memadai saat Moonjaein tiba. Juga, Moon
Jaein dibiarkan makan pagi dan makan siang tanpa didampingi pejabat tinggi
China.
"Bagaimanapun ini adalah kunjungan resmi kenegaraan. Tapi sambutan
yang seperti ini kurang memperlihatkan sikap persahabatan," ujar Choi
Woosuk.
Sementara Ketua bidang Luar Negeri PWI yang juga dosen kawasan Asia Timur
di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Teguh Santosa,
menilai aksi kekerasan yang dilakukan aparat keamanan China terhadap dua wartawan
Korea bisa memperburuk hubungan kedua negara.
Hubungan Korea dan China bergerak ke arah yang tidak harmonis setelah Korea
Selatan mengizinkan Amerika Serikat menempatkan sistem pertahanan Terminal High
Altitute Area Defense (THAAD) yang disebutkan untuk mencegah serangan Republik
Rakyat Demokratik Korea.
Adapun China menilai kehadiran THAAD berpotensi mengancam keamanan negara
itu.
Sebagai bentuk protes, China menutup puluhan toko Lotte dan melarang grup
wisata Korea Selatan mengunjungi China juga melarang konser K-Pop di negeri
panda itu.
"Harus ada peredaan ketegangan di antara China dan Korea. Kedua negara dan masyarakat perlu mengembalikan
suasana persahabatan seperti sebelumnya," ucap Teguh Santosa.
Anggota delegasi lainnya dalam kunjungan PWI ini adalah Ketua PWI DIY
Sihono, Ketua PWI Sumut Hermansyah,
Ketua PWI Jambi Saman, Ketua PWI
Solo Anas, Ketua PWI Sulbar Naskha Naban, Ketua PWI Kalbar Gusti Yusri, Sekum PWI Kepri
Saibansyah, dan Sekum PWI Sulsel Anwar Sanusi. (*/ril)
0 Comments