Andik Eka Skya saat memberi penjelasan kepada wartawan. (Foto: Dade, Tangerangnet.com) |
NET – Aircraft
Meteorological Data Relay (AMDAR) berkontribusi terhadap peningkatan akurasi
prakiraan angin dan temperatur udara di rute penerbangan. Hal tersebut
bermanfaat terhadap peningkatan efisiensi operasional pesawat, dalam hal
penggunaan fuel, dan peningkatan keselamatan operasional penerbangan.
Kepala
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), DR. Andi Eka Sakya,
M.Eng, mengatakan bekerja sama dengan Badan Meteorologl Dunia World
Meteorological Organization (WMO), Badan Meteorologi Dunia/World Meteorological
Organization (WMO), Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyelenggarakan Aircraft Meteorological Data
Relay (AMDAR) Workshop, dilanjutkan dengan pertemuan Expert Team on
Aircraft-Based Observing System (ET-ABO).
"Kegiatan
ini selain memperkenalkan dan menjelaskan tentang Aircraft-Based Obsen/ations
Programme (ABOP) kepada negara anggota WMO terutama yang berada di kawasan
ASEAN dan industri penerbangan termasuk airlines yang berpotensi menjadi
partner dalam pengembangan program AMDAR. AMDAR merupakan sistem observasi
parameter cuaca paling efisien berdasarkan biaya dan manfaat, serta melengkapi
pengamatan di darat maupun dl lapisan atas," ujar Andi Eka Sakya saat
jumpa pers, di kantornya, Jalan Angkasa
I No. 2, Kemayoran Jakarta Pusat.
Dalam hal keselamatan operasional penerbangan,
kata Andi Eka data AMDAR dapat menjadi informasl bagi pesawat agar menghindari
fenomena cuaca berbahaya di rute penerbangan seperti turbulence, icing, dan
fenomena lainnya. Beberapa tahun belakangan ini, beberapa kasus turbulence
bahkan dialami oleh pesawat yang melintasl wilayah lndonesla. Perlu diketahui kini cuaca berada pada urutan kedua sebagal
faktor yang paling mengancam keselamatan penerbangan. lnformasi cuaca, baik di
darat maupun di rute penerbangan, sudah seharusnya dengan mudah dlperoleh oleh
penerbang.
Program
AMDAR diinisiasi oleh WMO bekerja sama dengan industrl penerbangan dalam
mengembangkan sistem pengamatan cuaca dari pesawat terbang. Data parameter
cuaca yang terkumpul dikirimkan ke receiver di darat (ground) melalui komunikasi
VHF (Aircraft Communications Addressing and Reporting System) atau melalui
satellt (Aircraft to Satellite Data Acquisition and Relay).
"Ketersediaan
data AMDAR terbukti mampu meningkatkan akurasi prakiraan fenomena cuaca
berbahaya di rute penerbangan terdapat sekitar 40 (empat puluh) amines di
seluruh dunia dengan jumlah pesawat lebih dari 4.000 unit yang berpartisipasi
pada program AMDAR. Hingga saat ini, belum ada amines Indonesia yang
berpartisipasi pada program AMDAR," ungkap Andi.
Pada April
2017, AIRNAV Indonesia mempublikasikan saat ini terdapat 278 Kantor Pelayanan
Navigasi Penerbangan yang melayani 680 bandar udara di seluruh Indonesia. BMKG
hanya memiliki Stasiun Meteorologi di 96 bandar udara. Untuk melayani semua bandar
udara yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. BMKG secara bertahap
mengimplementasikan otomatisasi layanan meteorologi penerbangan dengan sistem
clustering.
"Hingga
tahun 2016, Sistem Pengamatan Cuaca Penerbangan Otomatis telah diinstal di 91 bandar
udara dan pada tahun ini BMKG kembaii memprogramkan instalasi Sistem
Penerbangan Cuaca Penerbangan Otomatis di 42 Bandar Udara. Di beberapa negara,
institusi Pemerintah berkolaborasi dengan pihak swasta untuk mengembangkan
otomatisasi layanan cuaca penerbangan. Dengan demikian, para penerbang semakin
mudah terfasilitasi untuk mengakses inforrnasi cuaca termasuk prakiraan
kejadian fenomena cuaca berbahaya di rute penerbangan," ungkap Andi.
Sebagai
awal implementasi AMDAR di Indonesia, pada awal Maret 2017, BMKG bersama
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan BPPT (Badan Pengkajian Penerapan
Teknologi) telah menyelenggarakan kegiatan diskusi untuk mempelajari potensi
implementasi AMDAR di Indonesia. (dade)
0 Comments