Kegiatan di Terminal Bus Lembang berjalan lancar. (Foto: Man Handoyo, Tangerangnet.om) |
NET - Keberadaan Terminal Lembang
di Jalan Raden Patah, Kelurahan Sudimara Barat, Kecamatan Ciledug, Kota
Tangerang, Banten, bak sapi perahan.
Pasalnya, meskipun terminal tersebut berdiri sejak belasan tahun dan dikenakan
restribusi, namun keberadaannya tidak diakui oleh Pemerintah Kota (Pemkot)
Tangerang.
Akibatnya, kondisi terminal memprihatinkan sekaligus menyedihkan. Selain becek bila hujan turun
dan berdebu bila kemarau, loketnyapun yang terbuat dari papan dan kayu tampak
kusam. Meski begitu, ratusan calon
penumpang yang ingin mendapat pelayanan bus
Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) rute Jawa - Madura - Bali setiap hari
memadati terminal tersebut.
"Setiap pulang kampung ke
Solo, saya selalu berangkat dari terminal ini, karena dekat dari rumah,"
ujar Suhaimi yang tinggal di Kampung Parung Serap, Kelurahan Parung Serap,
Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, Sabtu (29/4/2017).
Hal itu diakui oleh Oni
Cungkring, pengelola Terminal Lembang. Para calon penumpang yang datang ke
Terminal Lembang adalah warga sekitar Ciledug, seperti Kecamatan Pondok Aren,
Larangan dan lainnya.
Dalam kondisi begitu, kata Oni,
menghadapi bulan Ramdhan dan Lebaran Idul Fitri 1438 H, pengelola akan menebar
batu krikil di Terminal Lembang yang luasnya mencapai 5.000 meter persegi.
Supaya para penumpang yang hendak mudik ke kampung halamannya dari terminal
Lembang tidak kebecekan. "Kami sudah memesan batu krikil untuk ditebar
agar terminal ini tidak berlumpur," ungkap Oni.
Oni memarparkan semenjak Terminal
Lembang milik Pemerintah Kota Tangerang tidak berfungsi karena dipenuhi oleh
Pedangang Pasar Lembang sekitar tahun 2005 lalu, Bus AKAP jurusan
Jawa-Madura-Bali- Tangerang masuk ke terminal yang dikelolanya.
Dan sejak itu pula, terminal
Lembang yang berporasi sampai saat ini
dikenai retribusi oleh Pemerintah Kota Tangerang. Meski bagitu terminal
Lembang tidak pernah mendapat perhatian, sehingga kondisinya memprihatinkan . "Setiap hari, kami
memberikan retribusi sebesar Rp 150 ribu. Tapi dana perawatan yang mestinya ada
dari Pemerintah Kota Tangerang, tidak pernah kami dapatkan,'' ucap Oni.
Dikonfirmasi masalah tersebut,
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota
Tangerang Saeful Rohman membantah. Pihaknya tidak pernah menarik retribusi di
terminal Lembang, Ciledug, karena terminal Lembang sudah tidak ada. "Di
Ciledug sudah tidak ada terminal. Mungkin yang dimaksut itu adalah pul
bus," kata dia.
Ditanya soal aneka bus yang masuk
di terminal itu, Saeful mengaku tidak mengetahuinya, walaupun keberadaan terminal
sudah belasan tahun lalu. “Coba nanti kita cek dulu ke lapangan,"' kata
Saeful via telpon genggam.
Disinggung mengenai rencana Pemda
Kota Tangerang yang pada tahun 2013 lalu akan membangun terminal di lokasi
tersebut, Saeful mengatakan tidak jadi. Karena selain Pemerintah Kota Tangerang
tidak mempunyai aset, di Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) daerah itu tidak ada
peruntukan untuk membangun terminal.
Ketua DPRD Kota Tangerang Suparmi
menyanyangkan hal tersebut. Seharusnya, kata dia, keberadaan Terminal Lembang
yang saat ini menjadi tempat mangkal Bus AKAP diperhatikan dan dipertahankan.
Mengingat keberadaannya, selain dibutuhkan oleh masyarakat dapat menyumbangkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang yang cukup besar.
Dan apabila keberadaan Terminal Bus
Lembang selama ini diambangkan, kata dia, tentu karena ada oknum yang bermain
di belakangnya. Sebab bila terminal
Lembang resmi tidak akan ada pungutan
liar. "Saya yakin, pasti ada oknum yang bermain di belakang itu. Sehingga
mereka yang mengelolanya jadi sapi perahan," ujar Suparmi dari Fraksi
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu. (man)
0 Comments