PEMILIHAN Kepala Daerah (Pilkada)
DKI dapat dipastikan dimenangkan oleh
pasangan Anies Rasyid Baswedan-Sandi Solehudin Uno (Anies-Sandi) mengungguli Basuki
Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot), walaupun ini hasil
sementara dalam quick count (hitungan cepat-red) tapi prinsipnya dalam riil count
tidak begitu jauh hasilnya. Hal inilah yang menandakan bahwa secara keseluruhan
hasilnya menunjukan pasangan Anies-Sandi yang menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur
DKI Jakarta.
Petahana sejatinya diunggulkan. Pada
putaran pertama (15 Februari 2017) suara Ahok-Djarot unggul 4 persen tapi fakta
akhirnya kalah pada putaran kedua. Ada beberapa hal yang menjadi catatan
analisis saya:
Satu, kemenangan Anies-Sandi
pastinya adalah komitmen pemilih di putaran pertama yang tidak berubah dan
bergeser.
Kedua, migrasinya pemilih Ahok-Djarot mencapai 12
persen ke Anies-Sandi melenggangkan pasangan nomor 3 ini menjadi pemenang.
Tiga, tawaran program yang
ditawarkan seperti menolak reklamasi dan penggusuran serta KJP (Kartu Jakarta
Pintar-red) plus merasionalisasi pemilih pada pilihan ke nomor 3.
Empat, tata cara bicara dan
prilaku (attitude) yang disuguhkan oleh
Anies-Sandi jelas menjadi pembeda dengan prilaku yang ditampilkan oleh Ahok-Djarot.
Lima, issue di media sosial yg
menyudutkan pasangan Anies-Sandi justru memperkuat positioning Anies-Sandi.
Enam, debat tahap kedua semakin memperkuat
keyakinan pemilih Anies-Sandi untuk menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI
Jakarta baru.
Tujuh, militansi kader partai
politik pengusung PKS (Partai Keadilan Sejahtera-red), Gerakan Indonesia Raya (Gerindra),
dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Sembilan, negative campaign yang
dilakukan Ahok kepada para ulama dan ummat Islam mengerucutkan pilihan totally
umat Islam buat Anies-Sandi.
Sepuluh, pembagian sembako pada akhir menjelang pemilihan
malah membut blunder Ahok-Djarot, karena pada awal pemilih rasional yang
mendukung Ahok-Djarot dengan pembagian sembako yang massive justru meninggalkan
Ahok-Djarot.
Sebelas, pendukung Agus Harimurti
Yudhoyono dan Sylviana Murni (pasangan nomor urut Agus-Sylvi-red) dapat dipastikan
dominan mendukung Anies-Sandi.
Karena kemanangan yang sudah
di tangan untuk di kawal sampai pada
putusan final di KPU (Komisi Pemilihan Umum-red) DKI Jakarta. Bagaimanapun
situasi yang harus dilakukan oleh pasngan Anies ini adalah menjaga kondusifitas
Jakarta dengan menjaga kebhinekaan dalam persatuan (unity in diversity) dan
diperlukan juga tabayyun atas issue yg sudah dihembuskan oleh kelompok Ahok
untuk menuntaskan konflik selama ini
Ala kulli hal bagaimanapun setelah dinyatakan menang Anies-Sandi
harus betul merawat nilai-nilai yang sudah ada dan memperkuat persatuan masyarakat
Jakarta di atas nilai kebhinekaan.
Penulis adalah:
Dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP),
Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT).
0 Comments