Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

BPPT Kembangkan Teknologi Penambangan Emas Tanpa Mercuri

Dadan M. Nurjaman (pegang mike) saat memberi
penjelasan kepada wartawan: tambang skala kecil.
(Foto: Dade, TangerangNet.Com)  
NET - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan teknologi pengelolaan penambangan emas tanpa mercuri bagi pertambangan skala kecil. Tercatat 850 lokasi penambangan emas skala kecil dan terus menerus memakai teknik mercuri, BPPT terus mendorong agar pengolahan tambang emas tidak memakai mercuri.

"Selama dua tahun, BPPT telah melakukan kajian, inovasi teknologi pengelolaan emas yang bebas merkuri, dan akan diterapkan kepada pertambangan skala kecil. Namun berdasarkan kajian dan data yang dimiliki, mayoritas penambangan emas skala kecil atau rakyat masih menggunakan teknik amalgamasi dengan  mercuri," ujar Direktur Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral BPPT Dadan M. Nurjaman, Rabu (5/4/2017), saat acara jumpa pers BPPT dengan tema "Stop Penambangan Emas dengan Merkuri", di Kantor BPPT, Jalan MH Thamrin No. 8, Jakarta.

Padahal, kata Dadan, untuk penambangan skala besar atau industri, teknik amalgamasi telah ditinggalkan karena berbahaya dan tidak efisien dan sebenarnya ada alat pengolahan dalam pertambangan emas yang tidak membahayakan. Misalnya, untuk tipe endapan emas sekunder yang terdapat di sungai, pemisahannya cukup menggunakan grafitasi, tanpa menggunakan bahan kimia, karena secara alamiah sudah terpisahkan dari butir-butir yang lebih besar, dan bisa dilakukan pembakaran langsung untuk mendapatkan emasnya.

"Untuk endapan emas primer yang ukurannya sangat halus, tidak bisa dilakukan secara grafitasi dan pelarutnya menggunakan bahan kimia, di antaranya sianida. Kita dengan pendekatan terintegrasi antar pengolah dan proses kimia dengan dampak penanganan lingkungan, agar supaya bahan kimianya sebelum dilepas ke ke lingkungan sudah aman," ujarnya.

Secara ekonomi penggunaan merkuri dengan bahan kimia, kata Dadan, berdasarkan penelitian menggunakan mercuri recoverynya sangat rendah, emas terektrasi oleh merkuri di bawah 50 persen, tetapi dengan menggunakan bahan kimia bisa 80 persen. Berarti, perolehan emasnya lebih banyak dengan menggunakan bahan kimia, walaupun investasi dari segi peralatannya lebih tinggi dibanding dengan merkuri.

"Di sisi lain banyak keuntungan, disamping masalah ekonomi, juga dampak terhadap lingkungan. Kalau dengan non-mercuri itu bisa diatasi, tapi kalau merkuri dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan berdampak pada kesehatan. Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral BPPT, berupaya untuk mencari reagen untuk memisahkan emas secara aman. Pendekatan reagen yang berbahaya harus ada antisipasi bagaimana pengolahannya supaya dampaknya tidak merusak lingkungan," ungkap Dadan.

Pada 2017 ini, kata Dadan, BPPT akan melakukan uji coba pengelolaan penambangan emas tanpa mercuri di Pacitan, dan Banyumas, Jawa Tengah, bekerjasama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM-RI). Mercuri tergolong logam yang berbahaya dan beracun. (dade)

Post a Comment

0 Comments