Dadan M. Nurjaman (pegang mike) saat memberi penjelasan kepada wartawan: tambang skala kecil. (Foto: Dade, TangerangNet.Com) |
NET - Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan teknologi pengelolaan penambangan emas
tanpa mercuri bagi pertambangan skala kecil. Tercatat 850 lokasi penambangan
emas skala kecil dan terus menerus memakai teknik mercuri, BPPT terus mendorong
agar pengolahan tambang emas tidak memakai mercuri.
"Selama dua tahun, BPPT
telah melakukan kajian, inovasi teknologi pengelolaan emas yang bebas merkuri,
dan akan diterapkan kepada pertambangan skala kecil. Namun berdasarkan kajian
dan data yang dimiliki, mayoritas penambangan emas skala kecil atau rakyat
masih menggunakan teknik amalgamasi dengan
mercuri," ujar Direktur Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral BPPT
Dadan M. Nurjaman, Rabu (5/4/2017), saat acara jumpa pers BPPT dengan tema
"Stop Penambangan Emas dengan Merkuri", di Kantor BPPT, Jalan MH
Thamrin No. 8, Jakarta.
Padahal, kata Dadan, untuk
penambangan skala besar atau industri, teknik amalgamasi telah ditinggalkan
karena berbahaya dan tidak efisien dan sebenarnya ada alat pengolahan dalam
pertambangan emas yang tidak membahayakan. Misalnya, untuk tipe endapan emas
sekunder yang terdapat di sungai, pemisahannya cukup menggunakan grafitasi,
tanpa menggunakan bahan kimia, karena secara alamiah sudah terpisahkan dari
butir-butir yang lebih besar, dan bisa dilakukan pembakaran langsung untuk
mendapatkan emasnya.
"Untuk endapan emas primer
yang ukurannya sangat halus, tidak bisa dilakukan secara grafitasi dan pelarutnya
menggunakan bahan kimia, di antaranya sianida. Kita dengan pendekatan
terintegrasi antar pengolah dan proses kimia dengan dampak penanganan
lingkungan, agar supaya bahan kimianya sebelum dilepas ke ke lingkungan sudah
aman," ujarnya.
Secara ekonomi penggunaan merkuri
dengan bahan kimia, kata Dadan, berdasarkan penelitian menggunakan mercuri
recoverynya sangat rendah, emas terektrasi oleh merkuri di bawah 50 persen,
tetapi dengan menggunakan bahan kimia bisa 80 persen. Berarti, perolehan
emasnya lebih banyak dengan menggunakan bahan kimia, walaupun investasi dari segi
peralatannya lebih tinggi dibanding dengan merkuri.
"Di sisi lain banyak
keuntungan, disamping masalah ekonomi, juga dampak terhadap lingkungan. Kalau
dengan non-mercuri itu bisa diatasi, tapi kalau merkuri dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan dan berdampak pada kesehatan. Pusat Teknologi Sumberdaya
Mineral BPPT, berupaya untuk mencari reagen untuk memisahkan emas secara aman.
Pendekatan reagen yang berbahaya harus ada antisipasi bagaimana pengolahannya
supaya dampaknya tidak merusak lingkungan," ungkap Dadan.
Pada 2017 ini, kata Dadan, BPPT
akan melakukan uji coba pengelolaan penambangan emas tanpa mercuri di Pacitan,
dan Banyumas, Jawa Tengah, bekerjasama dengan Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM-RI). Mercuri tergolong logam yang berbahaya dan beracun.
(dade)
0 Comments