R. Mulyono Rahadi Prabowo saat memberi penjelasan kepada wartawan tentang musim hujan. (Foto: Dade, TangerangNet.Com) |
NET - Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorolgi
Klimotologi (BMKG) R. Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan pada 19
Agustus 2016, BMKG telah merilis prakiraan Musim Hujan 2016/2017, bahwa
sebagian besar wilayah Indonesia (70 persen) di prediksi awas musim hujannya
akan maju atau lebih awal dari rata-ratanya.
"Hasil analisis menunjukkan bahwa awal musim
hujan 2016/2017 di sebagian besar wilayah Indonesia, awal musim hujan maju
sebesar 71 persen, sama dengan normalnya sebesar 18 persen dan hanya 11 persen
yang mundur dari normarlnya. Bencana hidrometeorologi di Indonesia yang terjadi
pada periode musim hujan 2016/2017, yang paling banyak terjadi adalah banjir,
tanah longsor, angin kencang, puting beliung," ujar Mulyono kepada
wartawan, Selasa (7/3/2017), di Kantor BMKG, Jalan Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta Pusat.
Mulyono menjelaskan frekuensi tertinggi kejadian
bencana yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor lebih 30 persen, dengan
bulan yang memiliki kejadian paling banyak adalah bulan Desember, Januari,
Februari, dan wilayah yang paling banyak terdampak adalah Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
"Monitoring dinamika atmosfer sampai awal
Maret 2017 menunjukkan kondisi Netral (Nilai Indeks Enso = 0.10). Per update
Maret dekat I, kondisi suhu muka laut (SST) di wilayah Pasifik Tengah
menunjukan suhu relatif dingin dengan nilai anomali positif pada kisaran normal,"
ujarnya.
Kondisi Indian Ocean Dipole mode (IOD), kata
Mulyono, kondisi muka laut di pantai Timur Afrika dibandingkan sengan suhu muka
laut di pantai Barat Sumatera menunjukan hal yang sama dengan kondisi ENSO dan
SST dimana nilai indeks IOD masih dalam kisaran netral. Oleh karena itu, ketiga
kondisi demikian diprediksi akan bertahan hingga bulan November 2017 sehingga
curah hujan di wilayah Indonesia masih dalam kisaran, bawah normal hingga normal.
"Hasil monitoring hingga awal Maret 2017,
kondisi SST berada pada anomali negatif di beberapa bagian wilayah Indonesia.
Pada bulan April hingga Juni 2017 umumnya anomali SST di Indonesia dan
sekitarnya diprediksi normal kecuali di perairan Papua yang masih hangat
(anomali positif)," ungkap Mulyono.
Sedangkan dari Juli-Agustus 2017, kata Mulyono,
perairan Indonesia diprediksi mulai mendingin (anomali negatif). Prediksi El
Nino Southern Oscilation (ENSO) secara probabilistik menunjukan akan netral
pada semester I dan ada peluang terjadi kondisi El Nino lemah pada periode
akhir semester II (sekitar Juli 2017) dengan peluang sebesar 51 persen.
"Lebih lanjut, kondisi IOD pada Juli-September
2017 menunjukkan kondisi IOD positif, yaitu kondisi muka laut di pantai Timur
Afrika lebih hangat dibandingkan pantai barat Sumatera yang menyebabkan
berkurangnya potensi hujan di wilayah Indonesia bagian Barat," ungkap
Mulyono. (dade)
0 Comments