Rumah Sakit Sari Asih Karawaci: belum ada perjanjian. (Foto: Dokumentasi TangerangNet.Com) |
NET – Seorang
pasien penyakit ginjal Hj Muniroh, 51, yang berobat ke Rumah Sakit (RS) Sari Asih, Jalan Imam
Bonjol, Karawaci, Kota Tangerang, diduga menjadi korban mampraktek. Hal ini diungkapkan
oleh anaknya, Zakiyah, 27, kepada wartawan, Selasa (21/3/2017).
“Kuat dugaan kalau ibu saya itu menjadi korban
malpraktek.Orangtua saya ke rumah sakit
untuk berobat agar sembuh dari penyakit yang diderita. Namun, ibu saya setelah
dilakukan operasi kondisi ginjalnya itu malah dipenuhi dengan cairan warna
kuning,” ujar Zakiyah.
Zakiyah menyebutkan menduga ibu kandungannya korban malpraktek
saat dilangsungkan operasi ginjal. Tindakan operasi pengangkatan batu ginjal
yang dilakukan oleh salah satu dokter spesialis yang berinisial CN itu, kini
kondisi pasien bukan membaik justru tambah memburuk.
Menurut Zakiyah, yang bertempat tinggal di Gebang
Raya, Kecamatan Priuk itu, menjelaskan sempat berkonsultasi kepada salah satu dokter
spesialis yang ada di wilayah Jakarta serta memperlihatkan hasil CT scand
sebelum dioperasi dan sesudah dilakukan
penindakan operasi.
“Reaksi dokternya pun ketika melihat hasil CT
scandnya menilai terjadi kesalahan, yang
diduga dilakukan oleh dokter yang menangani penyakit ibu saya. Herannya, kenapa
setelah dilakukan operasi ginjalnya itu malah hancur. Padahal, CT scand sebelum operasi bengkak di bagian
ginjalnya itu tidak terlalu parah,” jelasnya.
Proses operasi pengangkatan batu ginjal itu, Zaskiyah mengatakan dilakukan pada awal
Februari 2017 dan tidak ada surat perjanjian antara rumah sakit dengan keluarga pasien bila
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
“Waktu itu, saya hanya melakukan tanda tangan soal
biaya operasi dan dokternya pun menjelaskan kalau biaya ini diluar dari kamar
inapnya. Intinya, saya kecewa dengan penanganan Rumah Sakit Sari Asih,” tutur
Zakiyah seraya menambahkan biaya yang
telah dikeluarkan sejak awal
berobat sampai operasi ginjal telah menghabiskan dana Rp60 juta.
Atas kejadian tersebut, kata Zakiyah, bersama
keluarga sempat melakukan diskusi dengan
pihak penaggung jawab manajemen Rumah
Sakit Sari Asih serta dokter spesialis penyakit batu ginjal untuk menanyakan
ibunya yang diduga telah menjadi korban malpraktek. Namun, pihak keluarga belum
puas atas penjelasannya.
Kepada Zaskiyah, dokter yang menangani operasi
ibunya itu merasa sudah bekerja sesuai prosedur, artinya tidak ada seuatu
kesalahan yang dilakukannya.
“Saya merasa pertayaan yang diberikan kepada dokter
yang menangani belum ada yang terjawab menyangkut soal CT scand dari yang
sebelum dilakukan operasi itu bengkaknya agak terlalu gede. Tapi setelah
ditangani ginjal ibu saya malah hancur,” ungkap Zakiyah.
Padahal, kata Zaskiyah, dokter yang berinisial CN
itu mengakui kalau di ginjal ibunya itu memang ada cairan warna kuning yang dianggap
merupakan cairan nanah.
“Saya akan terus mencari tau dari mana peneyebab
cairan itu, karena dari tidak ada menjadi ada. Tadi hasil negosiasinya dengan
pihak rumah sakit yang diwakili oleh dokter Agus, penangung jawab manajemen akan mendatangkan dokter ahli
penyakit ginjal dari Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo,” tandasnya.
Sementara itu, dokter Agus penanggung jawab manajemen Rumah Sakit Sari Asih ketika dikonfirmasi
terkait dugaan keluarga salah satu pasien yang menjadi korban malpraktek itu,
sudah tidak ada di ruang kerjanya.
Bahkan, ketika salah satu receptionis yang bernama
Maya mencoba untuk menghubungi telepon ruangnya tidak ada yang menerima. “Saya
sudah coba hubungi sekretarisnya Mas, cuman mungkin memang sudah pada pulang
kalau mau konfirmasi besok lagi datang ke sini,” singkat Maya.
Ketika Zakiyah ditanya bila pihak Rumah Sakit
Sari Asih tidak menanggapi apa langkah selanjutnya. “Kami akan melaporkan
masalah ini ke pihak yang berwajib,” ucap Zaskiyah lantang. (*/ril)
0 Comments