Mendikbud Muhadjir Effendy: melestarikan budaya nasional. (Foto: Istimewa) |
NET - Umar Ismail memproduksi film nasional
pertama dengan melibatkan pemain dan kru yang berasal dari Indonesia pada 30
Maret 1950. Hari itu kemudian diperingati sebagai Hari Film Nasional (HFN) 2017
hingga kini. Tahun ini, Pemerintah memperingati hari itu dengan mengusung tema
"Merayakan Keberagaman Indonesia".
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
Muhadjir Effendy mengungkapkan tema tersebut diambil dengan harapan masyarakat
Indonesia dapat menikmati sekaligus mengapresiasi keberagaman.
"Perfilman akan menjadi andalan sektor
industri kreatif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tidak langsung sekaligus
sebagai media dalam melestarikan kebudayaan nasional," ujar Muhadji
Effendy, Senin (6/32017), saat acara "Perayaan Kegiatan Hari Film Nasional
(HFN) 2017", di Plaza Insan Berprestasi, Komplek Kemendikbud, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta.
Mendikbud meminta peringatan HFN dijadikan sebagai
momentum untuk mengembangkan dunia perfilman nasional. Dalam skema dan platform
pemerintahan Presiden Jokowi, perfilman masuk industri yang menjadi prioritas.
"Perayaan HFN perlu dimanfaatkan sebagai
momentum mengajak segenap komponen bangsa yang mencakup pemerintah, pemangku
kepentingan perfilman, dan masyarakat luas untuk mengoptimalkan film sebagai
alat penyebarluas gagasan dan narasi keberagaman Indonesia, serta meningkatkan
akses masyarakat untuk menonton film-film tersebut," ujarnya.
Ada keinginan film nasional bangkit dengan corak budaya nusantara, dengan
keberagaman, dengan banyaknya pelaku, dan insan perfilman semakin besar. Itu
yang menjadi target, dan bersama Badan Ekonomi Kreatif dan Perum Perusahaan
Film Negara (PFN), Kemendikbud akan menyelenggarakan perayaan Hari Film Nasional
(HFN) ke-67 sepanjang bulan Maret ini.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana HFN 2017,
Sutradara Lasja F. Susatyo menyebutkan perayaan ini diselenggarakan dengan dua
momentum besar pencapaian rekor 36 juta lebih penonton film Indonesia di
bioskop pada 2016 dan pembebasan investasi asing di semua sektor perfilman. Dua
hal itu akan membawa perfilman Indonesia memasuki babak baru.
Tanda-tanda ke arah pencapaian itu, menurut Lasja,
sebetulnya sudah terlihat beberapa tahun belakangan, dan dalam infrastruktur
distribusi, investasi baru mulai mengalir masuk, ruang pemutaran semakin banyak
dan meluas ke seluruh Indonesia, dan platform digital untuk pemutaran film pun
kian banyak serta beragam.
(dade)
0 Comments