Harris Iskandar saat memberikan keterangan pers. (Foto: Dade, TangerangNET.Com) |
NET - Dirjen
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Harris Iskandar mengatakan masyarakat di berbagai belahan dunia
memperingati Hari Aksara Internasional (HAI). Perayaan HAI dilandasi semangat
upaya penuntasan tuna aksara yang masih melanda banyak negara saat ini.
"Karena itu,
HAI diperingati oleh setiap negara untuk mengingatkan pentingnya keaksaraan
dalam membangun peradaban dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Tahun ini
merupakan tahun kedua perayaan lima dekade pemberantas tuna aksara di
dunia," ujar Harris kepada wartawan, Jumat (9/9/2016), Ruang Sidang Gedung
E Lantai 8 Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta.
Sementara itu, badan
dunia UNESCO memilih tema perayaan Hari Aksara Internasional tahun ini
"Reading The Past, Writing The Future" atau "membaca Masa Lalu,
Menulis Masa Depan". Pada tingkat
nasional, Indonesia juga turut memperingati HAI. Pemerintah memilih tema
"Literasi dan Vokasi untuk Pembangunan Berkelanjutan".
Tema tersebut
mengacu pada enam kemampuan literasi yaitu, kemampuan baca tulis, berhitung,
sains, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), keuangan, budaya dan
kewarnegaraan. "Selaras dengan Nawacita yang dikumandangkan pemerintah
terkait pembangunan keterampilan hidup atau vokasi masyarakat," ujarnya.
Oleh karena itu,
tema yang diangkat tersebut juga menjadi sebuah isu global karena pada 2015
merupakan akhir dari dekade UNESCO "Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan". UNESCO, Decade of
Education for Sustainable Development. Namun, dekade ini juga merupakan akhir
dari Millenium Development Goals (MDG's) menjadi Sustainable Develepment Goals
(SDG's).
Harris
menjelaskan pesan utama tema tersebut adalah untuk menunjukkan keaksaraan bukan
hanya sekadar prioritas pendidikan, tetapi investasi yang sangat penting bagi
masa depan yang berkesinambungan. "Mengingat jumlah penduduk tunas aksara
di Indonesia masih tergolong tinggi. Peringatan HAI ini menjadi momentum untuk
melakukan upaya penuntasan tuna aksara di Indonesia secara lintas sektor dan
lintas sosial budaya masyarakat," katanya.
Sementara itu, kata
Harris, keaksaraan merupakan bagian dari hak asasi manusia, sekaligus menjadi
alat pemberdayaan personal dan media perkembangan sosial seseorang. Kesempatan
meningkatkan kualitas hidup manusia lewat pendidikan sangat bergantung erat
pada kemampuaan keberaksaraan.
Harris
mengungkapkan orang dewasa merupakan aktor penting yang dapat mewujudkan
kondisi pendukung untuk harapan generasi mendatang. "Peringatan HAI
merupakan sebuah pengingat, bahwa kita masih menempuh jalan panjang untuk
mencapai keaksaraan yang hikiki," ungkap Harris.
Peringatan HAI di
Indonesia juga menjadi sangat penting agar semua pihak, pemerintah, pemerintah
daerah, swasta, LSM, dan masyarakat luas tergugah untuk sama-sama menghadapi
persoalan tuna aksara ini secara serius. Sejauh ini, usaha untuk memberantas
tuna aksara di Indonesia telah mencapai hasil positif.
"Oleh karena
itu, berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan telah
terjadi penurunan yang sangat signifikan dalam hal penuntasan tuna aksara di
Indonesia. Pada 2005 persentase penduduk
tuna aksara di Indonesia masih mencapai 9,55 persen atau sekitar 14,89 juta
orang," ungkap Harris.
Namun angka
tersebut menurun pada 2015, menjadi 3,56 persen atau sekitar 5.778.486 orang.
Pada 2016 ini, puncak acara HAI akan dilaksanakan pada 20 Oktober di Palu,
Sulawesi Tengah dan dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaa, Prof. Dr
Muhadjir Effendi. (dade)
0 Comments