Sejumlah siswa saat jam istirahat. (Foto: Dade, TangerangNRT.Com) |
NET - Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dalam kunjungan kerja di Surabaya
mengunjungi dua sekolah penyelenggara ujian nasional berbasis komputer (UNBK).
Namun, salah satu sekolah yang dikunjungi adalah SMAN 8 Surabaya, yang
merupakan sekolah inklusi.
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan SMAN 8 Surabaya memiliki lima
orang peserta didik berkebutuhan khusus, yang salah satunya menjadi peserta UN
tahun 2015.
Mendikbud, dan
Walikota Surabaya Tri Rismaharini sempat berbincang-bincang santai dengan
Alvian Andhika, siswa berkebutuhan khusus tersebut.
Sementara itu, Alvian
yang menerima pendidikan inklusif di SMAN 8 Surabaya itu menerima kunjungan
Mendikbud pada waktu istirahat menjelang
ujian mata pelajaran kedua. Saat berbincang-bincang itulah Mendikbud memberikan
kartu namanya kepada Alvian.
Anies menjelaskan ayo
coba baca kartu nama ini, dan sebutkan nomer teleponnya. Namun, kartu nama yang
diberikan itu memang menggunakan huruf
braile. Alvian pun meraba kartu nama tersebut, lalu membaca alamat serta
menyebutkan nomor telepon yang tertera dalam huruf braible di kartu itu.
“Dalam mengerjakaan
soal UN pun, Alvian yang merupakan siswa jurusan IPS itu mengerjakan naskah
soal yang dicetak dengan huruf braible," ujar Anies, Senin (4/4/2016), di Jakarta.
Sementara itu, Kepala
Sekolah SMAN 8 Surabaya, Ligawati menjelaskan sekolah yang dipimpinannya itu
resmi menjadi sekolah inklusi sejak pada 2013. Hingga saat ini, SMAN 8 Surabaya
sudah memiliki lima peserta didik berkebutuhan khusus, yang semuanya dalam
kondisi tunanetra.
"Meskipun
tunanetra, peserta didiknya itu dilihat memiliki kemampuan sosialisasi yang
cukup baik, terutama Alvian. Hanya ada satu orang yang memang agak pendiam.
Dalam kegiatan belajar mengajar pun tidak ada perbedaan untuk anak berkebutuhan
khusus maupun anak lainnya," ungkap Ligawati.
Menurut Ligawati, hanya anak berkebutuhan khusus memiliki
pendamping yang memudahkan komunikasi antara dirinya dengan guru yang
mengajar. Sebagaian besar guru-guru SMAN
8 Surabaya juga telah mendapatkan pelatihan mengenai pendidkan inklusif.
Berdasarkan
Permendikbud Nomor z0 Tahun 2009, pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai
sistem layanan pendidikan yang mengikuti-sertakan anak berkebutuhan khusus
belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan
tinggalnya.
Sementara itu,
penyelenggara pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian
baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sistem
pembelajaran yang disesuaikan dengan induvidu peserta didik. "Sejak 2011,
Kemendikbud bekerja sama dengan Helen Keller international (HKI) juga membuat
terobosan berupaya pemberian penghargaan kepada tokoh-tokoh nasional pendidikan
inklusif dalam bentuk "Inclusive Education Award"," katanya.
Setiap tahun ada enam
tokoh pendidikan inklusif yang diberikan penghargaan ini. Namun, hingga kini,
sudah 48 orang tokoh nasional pendidikan inklusif yang menerima penghargaan
tersebut. Kota Surabaya pernah menerima penghargaan tersebut pada tahun 2014
atas perhatiannya terhadap pendidikan inklusif. Selain di SMAN8 Surabaya,
Pendidikan inklusif juga diterapkan di SMAN 10 Surabaya, dan SMKN 8 Surabaya.
(dade)
0 Comments