Rumah warga menyatu dengan tempat hiburan di Dadap. (Foto: Istimewa) |
NET - Sosialisasi rencana penggusuran kawasan prostitusi Kampung Baru, di
Kelurahan Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Senin (14/3/2016)
digelar di Gedung Pertemuan 9 Saudara di Jalan Kali Perancis No. 2, Keluarahan Dadap,
Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten.
Dalam kegiatan yang dihadiri oleh
sebanyak 178 orang warga Kampung Baru,
Dadap, Kosambi itu dijaga ketat oleh 500
tim gabungan dari pihak kepolisian dan TNI. Selain itu hadir pula beberapa
unsur organisasi masyarakat dari Pemuda Pancasila dan Forum Betawi Rempug
(FBR) untuk ikut mengamankan situasi.
Bupati Tangerang Achmed Zaki Iskandar dalam
sambutannya menyampaikan tujuan
penertiban itu dilakukan untuk membersihkan penyakit masyarakat yang berada di
wilayah Kabupaten Tangerang.
Karenanya, kata Zaki, pihaknya akan tetap bertindak tegas menutup semua bentuk prostitusi dan warung remang-remang yang tidak berizin.
“Saya tidak peduli, semua bangunan yang sudah terdata mulai hari ini (kemarin),
pada Mei 2016 nanti akan kita tertibkan,”
ujar Zaki menegaskan.
Sementara itu, Setda Kabupaten Tangerang Iskandar Mirsad juga
mengatakan rencana penertiban itu dilakukan untuk penataan Kampung Baru yang saat
ini dihuni sebanyak 472 orang Pekerja
Sek Komersian (PSK) yang tersebar di 72 kafe, hotel, karaoke, dan warung
remang-remang.
Mendapat keterangan seperti itu, Warga Kampung
Baru, Kelurahan Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, sangat mendukung
upaya Bupati Tangerang yang akan menertibkan lokalisasi prostitusi tersebut.
Hanya saja, jika penertiban itu dilakukan juga kepada pemukiman warga mereka keberatan.
Pasalnya, relokasi yang ditawarkan kepada mereka belum jelas. "Kalau
memang semua bangunan yang ada di sini
akan digusur atau ditertibkan, siapkan dulu relokasinya," tutur Misbah,65, tokoh
masyarakat setempat.
Karena, lanjut dia, bila relokasi tersebut jauh dari
pantai, seperti Rumah Susun di Rawa Bokor, Jakarta, yang ditawarkan oleh Bupati
Tangerang, tentu masyarakat merasa keberatan, mengingat mayoritas di antara mereka
bekerja sebagai nelayan.
"Ya kalau nelayan ditempatkan di Rusun Rawa Bokor, Jakarta, tentu mereka akan kesulitan untuk menyambung
hidupnya," ungkap Misbah.
Kalau bisa, lanjutnya, lakukanlah penertiban
itu seperti di Kalijodo Jakarta, yang terlebih dahulu Pemerintah daerahnya
telah menyiapkan segala sesuatunya atau
rusun kepada warga yang akan digusur. (man)
0 Comments