Ilustrasi di luar karaoke GW. (Foto: Istimewa) |
NET - Terkait dugaan adanya tarian telanjang (striptis) di tempat hiburan
malam "karaoke Gread Western (GW)" di
Jalan Thamrin Km 2,7. Kebon Nanas, Kota Tangerang, Banten, membuat pengelola tempat hiburan tersebut
"bungkam".
Bahkan mereka memperketat para pemandu
karaoke agar tidak melayani setiap
pelanggannya seperti biasa. "Biasanya kalau pemandu itu menemani kita
sedang karaoke, minimal bisa memegang tangannya. Tapi setelah beredar berita
bahwa di karaoke tersebut ada tarian telanjang, tidak bebas lagi. Suasananya menjadi kaku dan tidak nyaman," ungkap salah seorang pelanggan karaoke GW yang tidak
mau disebut namanya.
Dan sekali-sekali, masih kata sumber tadi,
pemandu lagu itu dipanggil oleh pengelola agar mereka membatasi diri kepada
setiap pelanggannya. "Ya, dengan suasana seperti itu juga membuat kita tidak nyaman," tutur laki-laki berbadan kurus itu.
Menyikapi hal itu beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di
Kota Tangerang mendesak kepada Pemerintah Kota Tangerang agar menindak tegas
tempat hiburan GW. Pasalnya, selaian keberadaan mereka melanggar norma-norma
yang ada, juga merusak kaidah Kota Tangerang yang bermotto Ahlakul karimah.
"Dalam hal ini, Pemda Kota Tangerang
harus bertindak tegas hingga
sampai ke pencabutan izin operasional tempat hiburan
itu," ujar Hasanuddin Bije, Koordinator Lembaga Kajian Pemerintahan Indonesia (LKPI).
Samahalnya dengan Ade Yunus, Ketua Jaringan
Nurani Rakyat (Janur) yang mengatakan
sebagai kota yang ber-Ahlakul Kharimah dan memilik Perda No. 8 tahun 2015, tentang
pelarangan pelacuran, Kota Tangerang, harus bertindak tegas terhadap tempat
hiburan itu.
"Di dalam ketentuan Perda itu sudah jelas dan harus
dilaksanakan dengan baik," ucap Ade Yunus, sembari menambahkan apabila tempat hiburan itu didatangi
dan ditanya soal apa yang telah mereka langgar, tentu tidak akan mengaku.
"Ya, mana ada maling ngaku," imbuh Ade dengan singkat.
Begitupula dengan barang bukti berupa foto
atau gambar tarian telanjang di
lokasi tersebut. Tentu, kata Ade Yunus, sulit diberikan, mengingat saat mereka
menyajikan tarian telanjang, konsumen selalu dijaga oleh mereka agar tidak megambil gambarnya.
Namun yang jelas, kata dia, persoalan tempat
hiburan itu yang bisa menyajikan tarian telanjang, bukan rahasia umum lagi. Sementara itu, hingga
berita ini disusun, Jumat (28/1/2016) malam, pihak pengelola karaoke GW ketika dikonfirmasi bungkam.
Bahkan ketika dihubungi, telepon genggam
Benny (Manager Karaoke GW) aktif tapi tidak diangkat dan ketika dikirim SMS-pun
tidak dijawab. (man)
0 Comments