Oleh Dodi Prasetya Azhari, SH
Pemberlakuan AEC
2015 bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil,
makmur, berdaya saing tinggi, dan secara ekonomi terintegrasi dengan regulasi
efektif untuk perdagangan dan investasi, yang di dalamnya terdapat arus bebas
lalu lintas barang, jasa, investasi, dan modal serta difasilitasinya kebebasan
pergerakan pelaku usaha dan tenaga kerja.
Implementasi AEC
2015 akan berfokus pada 12 sektor prioritas, yang terdiri atas 7 (tujuh) sektor
barang (industri pertanian, peralatan elektonik, otomotif, perikanan, industri
berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil) dan 5 (lima) sektor jasa
(transportasi udara, pelayanan kesehatan, pariwisata, logistik, dan industri
teknologi informasi atau se- ASEAN).
Pada negara
berkembang pembangunan ekonomi merupakan perencanaan utama yang disusun dalam
perencanaan pembangunan jangka panjang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu
kebutuhan yang mendesak dan sangat kompetitif.
Keran arus uang,
barang, jasa, dan manusia, akan dibuka selebar-lebarnya, khususnya negara Asia
Tenggara. Sumber daya manusia menjadi salah satu faktor penentu unggul-tidaknya
suatu negara. Di lain hal, setiap negara berlomba-lomba menarik
sebanyak-banyaknya aliran investasi dari negeri tetangga.
Pertarungan
interaksi antar pelaku ekonomi dunia kerja di negara ASEAN akan semakin memiliki peluang dan tantangan yang lebih besar. Indonesia
akan menjadi target market destination
(tujuan pasar) terbesar sebagai pusat perputaran ekonomi. Indonesia akan menjadi
kiblat bagi negara ASEAN dalam pertarungan globalisasi.
Kondisi tersebut
akan mengantarkan manusia menjadi semakin fragmatis dan materialistis. Maka,mau
tidak mau harus membekali diri dalam bentuk pengetahuan (knowledge) dan jaringan (network). Indonesia sangat layak
untuk memimpin ASEAN, jika melihat dari laju ekonomi dan pertumbuhan populasi
sebagai jaminan tersedianya sumber daya manusia, lokasi yang strategis, dan sumber daya alam yang seolah tanpa batas, serta daya tarik kehidupan
demokrasi dan stabilitas politik.
MEA telah
dicanangkan beberapa waktu yang lalu, tetapi implementasinya belum terlihat di
Indonesia, kecuali pada tahap diskusi, diseminasi dan sosialisasi, sementara
negara lain sudah masuk dalam tahap implementasi. Padahal, MEA bukan sebatas
jargon, melainkan sudah bekerja nyata. Sepertinya Indonesia dalam menghadapi
MEA seolah adu penalti dalam sepak bola. Faktor keberuntungan sangat diharapkan
“Masih meraba-raba. Kalau bisa syukur, kalau tidak ya mau gimana lagi?"
lalu bagaimana dengan studi banding pelayanan publik ke sana ke mari para elite/pejabat.
Masyarakat
Ekonomi ASEAN tak bergaung. Tak ada yang mengingatkan, tak ada pidato, tak ada
yang bikin ramai, padahal sudah sehari mulai berjalan. Ini bangsa
niat nggak sih mau maju dan
bersaing? Negara tetangga sudah keringat pemanasan, kita masih tidur pulas.
Pertanyaan
berikutnya, adalah hasil dari pelesiran. Mampukah kita kemudian bersaing dengan
Singapura, Malaysia,Vietnam, atau Brunei?
Penulis: Ketua Umum Suara Kreasi Anak Bangsa (SKAB)
Tinggal di Kelurahan Serua, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan.
0 Comments