Anies Baswedan: Gerakan Indonesia Membaca. (Foto: Dade, TangerangNET.Com) |
NET - Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan usaha pemberantasan tuna
aksara di Indonesia telah dilakukan sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno. Namun, Pemerintah tidak bekerja sendiri dalam usaha pemberantasan buta huruf,
melainkan meminta bantuan masyarakat Indonesia sehingga pemberantasan buta
huruf di Indonesia menjadi gerakan nasional.
Pada 1947 bulan April di Yogya, Presiden (Soekarno)
mencanangkan pemberantasan buta huruf. Di belakangnya ada spanduk besar sekali,
bertuliskan ‘Bantulah usaha pemberantasan buta huruf’. Kata pertama yang
dipasang adalah ‘Bantulah’.
"Pemerintah
datang dengan mengatakan ‘bantu kami memberantas buta huruf’,” ujar Anies kepada wartawan, Kamis (12/11), pada saat "Pencanangan Gerakan Indonesia
Membaca", di Universitas Cendrawasih, Jayapura, Papua.
Oleh karena itu,
ajakan pemerintah terhadap masyarakat untuk membantu pemberantasan buta huruf
saat itu menjadi sebuah gerakan. Pemerintah dan rakyat bersama-sama turun
tangan berusaha memberantas buta huruf. Ruang tamu, garasi, balai desa, menjadi
tempat belajar. Mendadak semua orang yang sudah bisa baca-tulis turun tangan
membantu mengajarkan membaca.
Ani menjelaskan semua itu, membutuhkan kerja keras
karena tidak ada perubahan yang datang secara instan, dan membaca akan membuka
wawasan seseorang. "Karena itu, saya memberikan apresiasi kepada Pemerintah
daerah dan masyarakat Papua yang serius ingin menumbuhkan budaya baca melalui
Gerakan Indonesia Membaca," ujar Anis.
Sementara itu, yang
jadi tantangan adalah bagaimana menumbuhkan budaya membaca. Budaya datangnya di
ujung. Di awal diajarkan, lalu dibiasakan, sehingga menjadi kebiasaan. Kalau
sudah menjadi kebiasaan lalu akan muncul sebagai budaya. Lanjut, Anies juga
memberikan motivasi kepada generasi muda Papua agar bangkit dan bisa memajukan
Papua demi masa depan yang lebih baik.
Anies mengungkapkan
jangan Papua merasa tidak punya masa depan, Papua punya masa depan.
"Sekolah adalah tempat berkumpulnya wajah masa depan Papua, karena itu
inspirasilah Papua agar ke depannya orang-orang Papua tercerahkan, mandiri, dan
kita bisa berkata ‘Saya bagian dari masyarakat yang jauh berkembang’,”
ungkapnya. (dade)
0 Comments