Para aktifis lingkungan seusai meninjau Situ Parigi. (Foto: Erlangga, TangerangNET.Com) |
NET – Situ atau danau
di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang dikhawatirkan berubah bentuk dan
fungsi akan dinormalisasikan. Proyek normalisasi tujuh situ tersebut
dilaksanakan atas kerja sama Pemerintah Kota Tangsel dengan NGO Indonesian
Education Promoting Faundation (IEPF) Mrs. Tomiko Hashimotto, Toshiyo Ikeda.
"Tujuannya
bagaimana situ yang ada di Tangsel ini agar tidak berubah bentuk dan tidak ada lagi sampah-sampah yang menumpuk,"
ujar Kepala Kantor BLDH Tangsel Rahmat S kepada wartawan, Jumat (5/6/2015).
Pernyataan tersebut
disampaikan Rahmat saat melakukan
peninjauan di Situ Parigi. dalam rangka Hari Lingkungan
Hidup Sedunia. Peninjauan
dilakukan bersama Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Tangsel dan NGO Indonesian Education Promoting Faundation
(IEPF) Mrs. Tomiko Hashimotto, Toshiyo Ikeda dan Intan Kusuma, protokoler Jepang.
Walaupun cara
peninjauannya sangat sederhana yakni
dihadiri oleh
Kepala Kantor BLHD Tangsel, Camat Pondok Aren, dan NGO IEPF dan mengadakan kegiatan di sekolah SMA Plus
Pembangunan Jaya, namun pihak NGO
akan mempunyai laporan terkait situ yang ada di Tangsel untuk dapat dilakukan
riset dan kajian.
"Dengan satu tinjauan ini sudah memberi
contoh kepada Jepang bahwa situ-situ di Tangsel masih kotor, dan harus
dibersihkan, dirawat, dan dijaga," ujar Rahmat.
Rahmat menambahkan persoalan lingkungan hidup di Kota
Tangerang Selatan masih harus banyak dibenahi dan diperbaiki. "Contoh sampah. Seharusnya sampah itu tidak hanya dikelola
oleh Pemerintah Kota saja tapi juga bisa dikelola oleh masyarakat dan
sekolah-sekolah," pungkasnya
Rahmat menjelaskan bahwa Tempat Pembuangan
Akhir (TPA)
di Cipeucang sudah sangat terbatas, karena volume sampah di Tangsel yang sangat
luar biasa.
"Bahkan melebihi kapasitas yang ada. Sampah ini kan menjadi
persoalan berat kalau tidak dikelola ramai-ramai. Teman-teman dari DKPP (Dinas Kebersihan Pertamanan, dan
Pemakaman-red) itu tidak sanggup sendirian. Mereka harus dibantu oleh 7 kecamatan dan 54
kelurahan yang ada di Tangsel. Jadi, sampah itu adalah gerakan bersama yang
harus ditangani bersama," terang Rahmat.
Sementara itu, Intan
menjelasakan orang Jepang tersebut akan melakukan kajian-kajian yang nantinya
akan membantu warga Kota Tangsel untuk melakukan kegiatan-kegiatan
pelatihan laskar lingkungan muda.
“Nantinya, kita akan buat LSM
khusus untuk Laskar Lingkungan Muda,”
tutur Intan.
Ditanya
soal kenapa memilih pemuda, Intan menjawab karena kaum muda
itu lebih mudah dan masih produktif.
“Ke depan, kita mau buat pada tingkat kabupaten dan kota se-provinsi Banten. Saat ini hanya
Tangsel yang berkerjasama dengan pihak Jepang,” ujar Intan yang selaku protokoler dari Jepang
Menurut Rahmat, Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Kota Tangerang Selatan masih menjadi yang terbaik. Sebab 30,22 persen melebihi ketentuan Undang-Undang (UU) No. 26 tahun 2007 tentang RTH. “Apabila ada perusahaan yang membandel, kita akan jewer,” tandas Rahmat. (re/ril)
0 Comments