Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Aksi “Indonesia Gelap” Buat Pemerintah Gagap

Ilustrasi, unjuk rasa mahasiswa dari berbagai kampus 
di depan Gedung DPR/MPR RI Jalan Jenderal 
Gatot Subroto, Jakarta. 
(Foto: Istimewa)  


Oleh: ‪Sulung Nof

 

USAI mendapuk amanah selama 100 hari pertama, Pemerintahan Prabowo-Gibran diberi kado oleh mahasiswa berupa aksi bertajuk “Indonesia Gelap” yang digelar secara nasional. Puncaknya, Mensesneg Prasetyo Hadi naik ke atas mobil komando lalu menerima sembilan aspirasi yang diberi tenggat waktu dua hari.

Mengapa mahasiswa menggunakan narasi “Indonesia Gelap” dalam aksinya? Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gelap memiliki arti tidak jelas, samar, atau tidak menurut undang-undang dan hukum yang berlaku. Maka bisa disimpulkan Pemerintahan Prabowo-Gibran gelap.

Ada sejumlah contoh untuk menjelaskan hal itu. Misalnya, kabinet gemuk yang memakan anggaran hingga dua kali lipat; kualitas Makan Bergizi Gratis (MBG); kisruh gas melon 3 kilogram; kasus pagar laut, dan cawe-cawe Jokowi (Joko Widodo). Selain itu, Indonesia seperti tidak memberikan harapan. Maka muncul tagar  #KaburAjaDulu.

Aksi “Indonesia Gelap” juga adalah jawaban dari klaim Jokowi yang menyatakan tidak ada yang berani kritik Prabowo. Pada poin ini, mahasiswa telah berhasil menaklukan kekhawatirannya tentang sosok Prabowo yang dianggap bertanggung jawab atas hilangnya sejumlah mahasiswa pada tahun 1998.

Kekhawatiran yang sama juga sempat muncul dalam obrolan sejumlah jurnalis saat Pilpres 2024. Ada yang menyatakan akan pergi ke luar negeri untuk bekerja jika Prabowo menang. Ada juga yang ingin melanjutkan studinya ke luar negeri kalau Prabowo unggul. Apakah hal itu juga yang menjadi alasan #KaburAjaDulu?

Wanda Hamidah pun tercatat pernah mewanti-wanti terhadap sosok Prabowo Subianto di media sosial medio 2014. "Jangan sampai nanti enggak bisa ngekritik lagi, baru nyesel. Nanti punya media dibredel, baru nyesel. Nanti enggak bisa ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) milih pemimpin atau partai yang kita suka, baru nyesel," katanya.

Prabowo memang dinilai punya sisi kontroversial. Salah satu yang disorot adalah kematangan emosi. Mahfud MD pernah mengisahkan ulang tentang orang yang ditempeleng Prabowo. Selain suaranya yang berapi-api (marah), Prabowo kadang menggebrak podium. Dan yang lebih sering belakangan ini adalah celaan “Ndasmu”.

Namun, manusia punya sisi baik dan buruk yang saling adu kuat, tidak terkecuali Prabowo Subianto. Cerita Mahfud MD saat menjadi tamu di siniar Rhenald Kasali tentang orang yang digaplok tak berhenti di sana. Prabowo menyesal usai menabok bawahannya lalu diberinya uang. Maka orang juga ingin ditabok Prabowo.

Ikhtiar Prabowo untuk menyatukan tokoh tampak gigih. Semua ingin difasilitasi. Seolah ia ingin fokus bekerja tanpa ada gangguan di pemerintahan. Maka para pimpinan parpol diberi kue kekuasaan. Bahkan sejak pagi buta ia mau menguji loyalitas mereka dengan menerima pencalonannya sebagai Capres (Calon Presiden) 2029.

Adapun program populis yang membuat rakyat senang juga diwujudkan, seperti diskon tarif listrik 50 persen; pembatalan PPN 12 persen; dan Makan Bergizi Gratis. Ditambah lagi ketika mengumbar janji saat berpidato, makin mendongkrak kepuasan dan optimisme publik terhadap dirinya yang dianggap pro rakyat kecil.

Di balik itu, rakyat dan mahasiswa terus menanti Prabowo melaksanakan kata-kata agar tidak tersandera omon-omon. Misalnya, pemberantasan korupsi tanpa pandang kawan; penuntasan kasus yang merampas tanah rakyat dan negara; deportasi tenaga kerja China; pembukaan lapangan kerja; dan penurunan harga-harga.

Pemerintah jangan gagap, melainkan harus sigap dalam menyerap tuntutan aksi “Indonesia Gelap”. Kalimat Luhut yang menyatakan “Kau yang gelap” justru tidak menunjukkan empati terhadap isi aspirasi. Mestinya Istana jangan membuat jarak dengan rakyat dan mahasiswa. Dengarkan aspirasi mereka dalam ruang yang terbuka.

Rakyat dan mahasiswa punya dalil, pemerintah punya argumen, temukan di Istana dalam perdebatan yang diliput media. Dan Prabowo pernah mengucapkan bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat. Maka selayaknya kehadiran mereka tidak dihalangi beton dan kawat berduri. (***)

 

Bandung, 20 Februari 2025.


Post a Comment

0 Comments