![]() |
Para pengurus SMSI mengadakan rapat sekaligus gladi kotor Rakernas III. (Foto: Istimewa) |
NET - Jelang Rapat Kerja Nasional
(Rakernas) III Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang dihelat di Jakarta pada Rabu-Jumat, (25-27/7/2018)
mendatang menarik perhatian 337 pemilik media siber. Pada Rakernas yang
diagendakan dibuka Menteri Komunikasi dan Informasi RI Rudiantara itu akan
diluncurkan SMSI News Room yang diprakarsai Ketua Umum SMSI Auri Jaya.
Auri Jaya, Minggu (22/7/2018)
mengatakan News Room atau dalam bahasa Indonesia disebut Ruang Berita,
merupakan tempat bagi jurnalis--baik itu reporter, editor, redaktur, dan
produser, beserta dengan staff lainnya--bekerja bersama-sama untuk mengumpulkan
berita yang selanjutnya dipublikasikan melalui koran atau majalah, atau
dipancarkan melalui televisi, kabel, atau radio. Dengan kata lain, alur kerja
sebuah media dari mulai pengumpulan berita hingga mempublikasikannya di media
massa.
Dalam perkembangannya, News Room
telah berevolusi hingga bentuk keempat yang dikenal dengan News Room Generasi
4.0. “Sebelum saya bercerita tentang News Room 4.0, saya ingin memaparkan dulu
mengenai News Room generasi 1.0, News Room 2.0, dan News Room 3.0,” ujar Auri
Jaya.
News Room generasi pertama, kata
Auri, merupakan alur kerja dengan banyak jurnalis, banyak redaktur, dan banyak
media massa. Dalam alur kerja ini, masing-masing jurnalis mengumpulkan berita
untuk redaktur dan media massa yang spesifik. Bukan hanya spesifik secara jenis
medianya saja, tetapi juga spesifik secara jenis beritanya juga, baik di
tingkat jurnalis maupun di tingkat redaktur. Sehingga News Room generasi
pertama mensyaratkan banyak sumber daya manusia.
Sedangkan pada News Room generasi
kedua, imbuh Auri, tidak memerlukan banyak jurnalis yang spesifik terhadap
media. Jurnalis dituntut mampu membuat berita untuk berbagai media massa.
Sedangkan yang bertugas memilah berita dan bekerja spesifik sesuai jenis
medianya adalah redaktur.
“Nah pada News Room generasi
ketiga, strukturnya lebih ramping lagi. Dalam alur kerjanya, tidak hanya
jurnalis yang dituntut mampu membuat berita untuk berbagai media massa, tetapi
juga sang redaktur. Redaktur dituntut untuk mampu menguasai pengolahan informasi
untuk berbagai jenis media massa. Tentu saja, alur kerja ini tidak mensyaratkan
banyak sumber daya manusia,” ungkap Auri.
Sementara untuk News Room generasi
keempat atau 4.0 lebih canggih lagi. Selain tidak perlu banyak sumber daya
manusia, sang jurnalis juga diberi kewenangan untuk langsung mempublikasikan
hasil liputannya. Sedangkan tugas redaktur hanya memantau dan memberi masukan
tentang apa yang ditulis sang jurnalis.
Selain itu, tugas redaktur fokus
memikirkan konsep media berkaitan dengan animo masyarakat terhadap informasi.
Model News Room generasi keempat juga akan sangat efektif bila ditunjang oleh
divisi riset yang mumpuni. Divisi riset ini tugasnya mengumpulkan berbagai data
dan fakta yang terjadi di masyarakat.
Sumbernya pun bukan hanya dari
jurnalis semata, tetapi dari masyarakat, termasuk di dalamnya praktisi, pakar,
peneliti, akademisi, hingga pemerintahan. Masyarakat didorong untuk menulis dan
memasukan kontennya ke dalam Content Management System (CMS) milik media. Dalam
jangka panjang, hal ini sangat membantu media untuk menghadirkan konten-konten
yang tidak hanya cepat, tetapi juga mendalam dan menyeluruh.
Pada news room generasi keempat,
pengendalian (controling) di redaksi dilakukan dengan dua metode yakni
Pre-Treatement dan Post-Treatement. Pengendalian Pre-Treatement menitikberatkan
peran redaktur untuk memfilter dan menyunting bahasa dan konten reportase.
Jadi, semuanya ada di tangan redaktur. Sedang pada Post-Treatment, peran
redaktur hanya memberi kritik dan masukan terhadap reportase jurnalis yang
telah dipublikasikan di media massa.
Dalam Pre-Treatement, kebanyakan
jurnalis bergantung kepada redaktur. Terkadang, reportase yang diberikan
jurnalis kepada redaktur, tidak ditulis dengan sebaik-baiknya karena jurnalis
berpikir bahwa semuanya akan diperbaiki oleh redaktur. Sehingga, seringkali
kemampuan jurnalis tidak berkembang karena semuanya diserahkan kepada redaktur.
Sedangkan dalam Post-Treatement,
kemampuan jurnalis dipaksa untuk berkembang. Jurnalis dituntut membuat
reportase sebaik-baiknya. Sehingga para jurnalis harus melengkapi dirinya
dengan kemampuan berbahasa yang baik, pemahaman etika jurnalistik yang
menyeluruh, serta pemaparan konten yang mendalam.
Tingkat kepercayaan kepada
jurnalis dalam news room generasi keempat sudah cukup tinggi. Jurnalis di News
Room 4.0 memiliki kemampuan yang baik dalam keredaksian dan apa yang ditulisnya
bisa dipertanggung jawabkan kepada publik. Konsep News Room 4.0 ini memang
masih relatif baru. Namun, sangat efektif diterapkan pada media yang tidak
mampu mempekerjakan banyak orang.
Contohnya saja di Selandia Baru.
Sebuah media massa di sana hanya memiliki 30 orang jurnalis. Namun, media massa
ini mampu menghasilkan 1.600 halaman konten dalam seminggu. Sedangkan di
Indonesia, media massa koran yang memiliki 500 orang jurnalis, hanya mampu
menghasilkan konten 32 halaman per hari atau 224 halaman per minggu.
Dengan konsep News Room generasi
keempat ini pula, manusia tidak lagi dianggap sebagai sumber daya (resources),
tetapi telah menjadi investasi. Sehingga ketika menjadi investasi, manusia
lebih dihargai lantaran telah menjadi kebutuhan vital sebuah perusahaan.
Analisis kebutuhan informasi di masyarakat pun, mudah diketahui bila media
massa menggunakan konsep News Room generasi keempat.
Hal ini bisa dilihat dari
kecenderungan konten dari masyarakat yang telah terkumpul di CMS milik media.
Dengan kemudahan menganalisis kebutuhan informasi di masyarakat ini, media
massa bisa dengan mudahnya membuat media baru yang lebih tematik. Karena
bermain di tingkat kebutuhan masyarakat, modal dan iklan pun relatif mudah
didapatkan.
Lalu model news room seperti apa
yang akan diluncurkan SMSI? Merujuk diskusi dengan Ketua Umum SMSI Auri Jaya,
Didampingi Firdaus Sekretaris Jenderal SMSI untuk sementara SMSI akan
meluncurkam news room generasi ketiga.
Alasannya, masih minimnya
ketersediaan database dan konten yang dimiliki di Indonesia. Terlebih News Room 4.0 membutuhkan data dan
konten internet yang terekam dengan baik.Namun dalam perkembangannya kedepan,
news room SMSI akan menyiapkan divisi riset dan mengelaborasi dalam CMS yang
dimilikinya sehingga bermetaformosis menjadi news room 4.0.
Meskipun demikian News Room 3.0
yang akan digunakan SMSI akan dapat mengefektifkan sumber daya manusia.
Terlebih bagi pemilik media siber sudah tentu akan sangat terbantu dalam
peningkatan kualitas konten sesuai segmentasi media siber di daerah.
SMSI news room bukan menjadi
kompetitor para pemilik media siber namun akan bersinergi dan bekerja untuk
banyak media. SMSI news room harus bisa memutuskan bahwa sebuah berita memang
tepat dan layak dipublikasikan di media tertentu. SMSI news room juga harus
memastikan bahwa bahasa yang digunakan cocok untuk segmentasi media anggotanya.
Dan ini adalah teroboson yang spektakuler untuk memperkuat jejaring media
siber. (*/rls)
0 Comments