Menhub Ignatius Jonan di atas KRL: Pemerintah tidak ikutan. (Foto: Dade, TangerangNET.Com) |
NET - Menteri
Perhubungan (Kemenhub) Ignasius Jonan mengatakan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung
akan digarap oleh China bersama konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Namun, proyek ini akan memakan dana sebesar US$ 5,5 miliar atau sekitar Rp 80
triliun.
"Oleh karena itu,
proyek tersebut sama sekali tidak melibatkan Pemerintah, karena akan
berlangsung secara business to business (B to B). Jadi bila ada kerugian atas
proyek tersebut, Pemerintah tak bertanggung jawab. Pemerintah nggak ikut-ikut.
BUMN yang tanggung jawab kalau ada kerugian," ujar Jonan kepada wartawan,Minggu,
(4/10/2015), malam, di Bekasi Jawa Barat.
Jonan menjelaskan
tidak mempersoalkan BUMN yang terlibat dalam konsorsium. Kementerian nanti akan
bertugas untuk melihat rencana proyek secara teknis, termasuk memberikan izin
pengoperasian dari transportasi tersebut.
“Untuk kereta ke China
terserah, BUMN mau bikin konsorsium dengan siapa saja, nanti akan ada review
teknisnya,” tutur Jonan.
Namun, hal ini
tentunya berbeda dengan proyek kereta lainnya, dan seperti proyek kereta di
jalur trans Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.
"Pembangunan
menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sehingga
pemerintah yang bertanggung jawab. Kereta Trans Sumatera jalan pembangunannya
di Sumatera Utara dan Jambi akan mulai. Trans Sulawesi juga mulai jalan.
Sementara Kalimantan masih studi dan Papua sedang proses studi," ungkap
Jonan.
Jonan mengungkapkan
proyek double-double track (DDT) atau jalur ganda rute
Manggarai-Bekasi-Cikarang ditargetkan dapat beroperasi pada akhir 2017 atau
paling lambat awal 2018. Namun, nantinya akan ada empat jalur yang membentang
dari Manggarai-Bekasi-Cikarang. Tujuannya semakin banyak jalur yang bisa
digunakan oleh Kereta Rel Listrik (KRL) untuk mengangkut penumpang.
"Kalau sekarang
ini kan gantian double track-nya dengan kereta non KRL, kereta
jarak jauh dan sebagainya. Makanya kadang protes, karena kalau sore didahulukan
kereta jarak jauhnya, pagi lebih didahulukan KRL, tapi penumpang jarak jauh
protes karena masuk lambat kalau ada gangguan listrik atau gangguan KRL dan
sebagainya," urai Jonan.
Menurut Jonan, sekarang dibangun double-double track
tujuannya supaya perjalanan KRL itu bisa menjadi independen dari Cikarang ke
Manggarai. Ini akan mempermudah KRL, dan menambah kereta tiap tahunnya,
rata-rata pertumbuhan penumpang dari Bekasi-Manggarai mencapai 20 persen.
Tentunya bila tidak ada tambahan kereta, akan menyulitkan aktivitas penumpang.
"Oleh karena itu,
terutama Bekasi ke Manggarai, sehingga jumlah KRL kalau ditambah frekuensinya
masih bisa juga sering tersendat karena adanya kereta jarak jauh. Kalau cuma
dengan penambahan kereta, tanpa ada penambahan jalur, maka tidak akan
memberikan solusi. Apalagi jumlah penumpang kereta jarak jauh juga terus
meningkat," ucap Jonan. (dade)
0 Comments