Kemacetan lalulintas akibat kebijakan yang kurang tepat di Jalan Pahlawan Seribu BSD City. (Foto: Dokumentasi TangerangNET.Com) |
NET - Kinerja Pemerintah Kota Tangerang Selatan
(Tangsel), dipertanyakan terkait Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) 2015 yang baru terserap sekitar 40 persen dari total Rp 2,6
triliun.
Mahasiswa mempertanyakan bagaimana tata kelola Kota
Tangsel dengan jumlah penduduk hampir 1,5 juta jiwa, dan memiliki begitu banyak
masalah dan pekerjaan rumah yang tak kunjung terselesaikan.
Kepala Bidang Ekonomi
dan Kewirausahan Forum Komunikasi Mahasiswa Tangerang Raya
(Format Raya) Ahmad Hafis Nasution mengungkapkan masalah utama Kota Tangsel adalah kondisi infrastruktur dasar, antara
lain jalan dan drainase yang kerap rusak. Meskipun
sudah diperbaiki berkali-kali, tata kota semrawut, dan kemacetan lalulintas.
Selain itu, kata Ahmad
Hafis, lurah yang masih banyak menjabat dengan
status pelaksana tugas (Plt). Kurangnya ruang terbuka hijau (RTH) untuk
publik bahkan terkesan ingin dihabiskan menjadi bangunanan semua.
“Kami meragukan kinerja Pemerintah Kota Tangsel dalam hal
pembangunan pereokonomian dan sumber daya manusia (SDM-red) di Kota Tangsel. Kami menilai Pemkot Tangsel tak serius mengurusi kota ini. Jika serius tak akan
semerawut seperti sekarang ini,"
ungkap Ahmad Hafis dalam siaran pers yang
diterima TangerangNET.Com, Jumat (21/08/2015).
Hafis mengatakan mestinya dengan APBD yang begitu
besar seharusnya tingkat hidup masyarakat Kota Tangsel juga meningkat bukan
sebaliknya malah menurun. "Meski IPM Tangsel meningkat tapi
nyatanya hanya di tiga wilayah yaitu Bintaro, BSD dan Alam Sutera, tidak bisa pukul
rata," tambah Hafis.
Senada dengan Hafis Nasution, kepala Bidang
Partisipasi
Pembangun Daerah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat Hairil Anuar
mengatakan sangat prihatin melihat
kondisi Kota Tangsel saat ini. Kota yang memiliki motto
Cerdas, Modern dan Religius ini masih memiliki banyak sekali masalah. Padahal sisi lain potensi
untuk mengembangkanya masih begitu banyak. Oleh
karena itu, kurang tepat jika kota Tangsel dianggap cukup
baik.
"Seharusnya, dengan APBD yang besar, Pemkot Tangsel mampu membangun SDM dan mensejahterakan warga Tangsel.
Sesuai dengan misi dan visi dari pemekaran Kota Tangsel dari Kabupaten Tangerang, bukan
sebaliknya," jelas Hairil.
Selain itu, kata Hairil Anuar, dengan penyerapan anggaran yang
baru 40 persen dalam APBD, seharusnya
Pemerintah Kota Tangsel sudah mulai berbenah agar tidak menciptakan Silpa yang begitu besar pada akhir tahun nanti.
"Silpa mencapai Rp 500 miliar pada tahun2014, disebabkan
kurang cerdasnya
Pemkot dalam
merealisasikan dalam penggunaan anggaran. Hal ini bisa terjadi karena terlalu banyak intrik di dalam pengelolaan
anggaran yang menyebabkan anggaran menjadi susah untuk disentuh atau dipergunakan
dalam pembangunan infrastruktur maupun pembangunan SDM," ungkap Hairil Anuar. (ril)
0 Comments