Airin Rachmi Diany, Intan Nurul Hikmah, Li Cladudya Chandra. (Foto: Istimewa.) |
NET – Meski belum
resmi didaftarkan menjadi calon Wakil Walikota Tangsel ke KPU tapi sosok Intan
Nur Hikmah dan Li Cluadya Chandra langsung menarik perhatian warga. Intan
direncanakan berpasangan Arsid oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) sedangkan Li Claudya direncanakan diusung oleh Partai Gerindra dan
Partai Demokrat berpasangan dengan Ikhsan Modjo.
Pengamat politik yang
juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Poltik (FISP) Universitas Muhammadiyah
Tangerang (UMT) Memed Chumaedi menilai Intan bisa menjadi kuda hitam bagi Airin
Rachmi Diany. “Begitu lah analisa saya,” ujar Memed kepada TangerangNET.Com,
Sabtu (25/7/2015).
Memed mengatakan dari tiga wanita yakni Airin, Intan, dan Li
Claudya yang menguat adalah dua yaitu Intan dan Airin. Intan memiliki kekuatan
basis pendukung Partai Golkar lama dan berkat dukungan trah Ismet Iskandar,
mantan Bupati Tangerang.
“Ini menjadi keuntungan bagi Intan,” tutur Memed
Chumaedi meyakinkan.
Lain halnya Airin,
kata Memed, selain dia petahana kemungkinan besar birokrasi di Kota Tangsel
akan mendukung Airin. Kelemahannya, kasus yg mendera suami Tubagus Chaeri Wardana alias Wwan dan
keluarganya yang korup, akan menjadi issue sexy yang bakal diekspos ke publik oleh lawan
politknya.
Menurut Memed, itulah
fenomena Pilkada di Kota Tangsel yang melibatkan tiga kandidat baik calon Walikota atau Wakil Walikota Tangsel yang muncul dari
representasi perempuan semakin menarik untuk disimak.
“Ketiga kandidat yang berkelamin perempuan
tersebut mematahkan malestream dalam politik yang selalu menganggap perempuan tidak bisa
melakukan apa-apa,” ucap Memed.
Memed menjelaskan dari
profile ketiga kandidat tersebut Airin yang walikota petahana cukup terbilang lumayan sukses mengelola Pemerintahan di Tangsel, Li Claudya yang latar
belakangnya aktivis partai politik menjadi sorotan karena ujug-ujug nongol sebagai new
comer di Tangsel.
Rupanya, kata Memed, di
lingkungan Partai Gerindra dia lumayan populer sebagai politisi perempuan. Intan yang mantan anggota DPRD Kabupaten Tangerang dua priode itu cukup populer dan
dikenal juga sebagai
wanita tangguh dalam kancah perpolitikan di Tangerang.
Memed menjelasakan tapi ketiganya itu dapat di
kategorisasi pada tiga karakteristik ambisi. Ambisi personal, ambisi keluarga
dan ambisi papol. Airin bagaimanapun posisinya harus mempertahankan kekuasaan
itu, persoalan hukum suaminya ada di sekeliling dia, dan akan jadi momok menakutkan
jika kemudian kekuasaan itu beralih keorang lain. Artinya, ambisi personal dan
keluarga menjadi kuat sebagai energi Airin di Pilkada Tangsel.
Li Claudya , kata
Memed, orang yangg tidak pernah nongol
dalam kancah perpolitikan di Tangsel ujug-ujug muncul dan mengalahkan para kandidat yang ikut
penjaringan baik di Gerindra karena ambisi partailah pada akhirnya perempuan
itu muncul walaupun dengan terpaksa.
Intan Nurul Hilkmah
kemunculannya yang tanpa diduga juga menjadi motor orang-orang Ismet untuk sama-sama merebut Tangsel ke pangkuan dengan alasan yang sangat logis membangun
mitra strategis dengan daerah induk untuk saling sharing. Intan ini muncul dari ambisi keluarga dan menariknya kemunculan Intan ini
menghambat laju gerak Airin di Tangsel.
“Nah, kemunculan
ketiga orang ini di Tangsel menjadi ‘political
sexy’ . Karena tiga orang ini kalau dilihat dari pict-nya ayu-ayu dan
cantik-cantik. Dapat menggugah pemilih
untuk mengenal lebih dekat melalui
sosialisasi dan pertemuan-pertemuan.
Pilihan Intan serta Li Claudya oleh parpol pengusung tidak lain adalah
untuk mengalihkan pilihan para pemilih
dan endingnya dapat mengalahkan
Airin di Tangsel,” tutur Memed.
Keberadaan kandidat wanita-wanita di Tangsel ini, imbuh Memed, mengutip tesis Shakeshaft
bahwa organ yang dipimpin perempuan lebih mudah berkembang karena setiap detail
potensi dapat dilihat dan dikembangkan dan organisasi juga akan lebih solid
karena perempuan lebih peduli dan berusaha menghargai perbedaan individu. (ril)
0 Comments