Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hindari Tawuran Pelajar, Sekolah Diminta Tingkatkan Kegiatan Ekstrakurikuler

Gubernur Banten H. Wahidin Halim berdialog dengan sejumlah guru 
beberapa waktu yang lalu: kerap kali razia.
(: Syafril Elain/tangerangnet.com)    

NET – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) mengintruksikan seluruh kepala sekolah agar terus memaksimalkan kegiatan ekstrakurikuler. Hal itu untuk menekan angka kenakalan remaja khususnya aksi tawuran.

Kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur H. Wahidin Halim dan Andika Hazrumy sangat konsen di bidang pendidikan. Mulai dari meluncurkan sekolah gratis tingkat Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/K) hingga menaikan gaji guru honorer.

Belum lama ini, Gubernur yang akrab disapa WH itu pun memberhentikan Kepala SMK di Kota Tangerang yang melakukan pungutan terhadap murid.

Pada saat menjadi Walikota Tangerang, Gubernur WH kerap kali merazia anak sekolah yang bolos. Bahkan sempat melarang salah satu program musik yang disiarkan televisi swasta karena membuat anak sekolah bolos dan memicu tawuran.

Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten H. Aep Junaedi,S.Pd,MM mengaku saat ini pihaknya terus menekankan kepada seluruh sekolah agar dapat mewadahi kreatifitas dan energi siswa agar dapat terhindar dari aksi tawuran.

"Kita terus monitoring seluruh sekolah yang ada di Banten secara berkala, kami juga terus memberikan pembinaan kepada mereka pada setiap kesempatan, karena saya meyakini dengan menguras energi siswa ke arah positif kami yakin betul siswa cenderung tidak lagi tertarik melakukan aksi tawuran," ujar Aep kepada wartawan, Selasa (20/3/2018).

Aep yang Ketua Persatuan Guru Repbulik Indonesaia (PGRI) Provinsi Banten menuturkan dengan menguras energi dan mewadahi siswa untuk menunjukan eksistensinya, para siswa tidak lagi mencari pengakuan di jalanan dengan melakukan aksi tawuran.

"Saya pernah berbicara dengan salah satu psikolog terkait hal ini, kebanyakan dari mereka yang terlibat tawuran adalah anak-anak yang kurang terakomodir untuk menyalurkan bakat dan energinya sehingga mereka mencari pengakuan dengan melakukan aksi tawuran," ungkap Aep.

Selain melakukan pembinaan, kata Aep, salah satu upayaya dalam menjauhkan siswa terlibat dalam suatu aksi tawuran tersebut adalah memberikan pemahaman dan menggandeng instansi terkait untuk menyatukan persepsi guna bersama-sama menjaga generasi bangsa agar menjauhi tawuran tersebut.

"Kita pernah mendatangkan kepolisian dan Tentara untuk menjadi pembina apel pada setiap upacara, dan saya juga seringkali menjadi pembina upacara pada saat kita datangkan mereka," tuturnya.

Dengan kesepakatan dan komitmen bersama tersebut, Aep mengklaim upaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk menangkal aksi tawuran akan semakin mudah. 

“Tawuran ini jadi persoalan kita bersama. Jadi, mari bersama-sama kita amankan generasi penerus bangsa ini, sehingga kami dari Dinas Pendidikan, polisi, dan sekolah bisa terus bersinergi,” ucapnya.

Meski demikian ia juga berharap peran serta orangtua dalam mengawasi putra - putrinya dapat juga dimaksimalkan karena peran pengawasan dari orangtua menjadi signifikan dalam menekan aksi kenakalan remaja tersebut.

"Pendidikan bukan hanya beban sekolah, tapi juga butuh peran serta orang tua dalam mengontrol anak - anaknya secara bersama sama dengan sekolah sehingga aksi tawuran dapat ditekan hingga maksimal," tukasnya. (*/ril)

Post a Comment

0 Comments