Gan Gan R.A. (Foto: Koleksi pribadi) |
Oleh: Gan Gan R.A.
“SAJAK Pertemuan Mahasiswa” yang
ditulis pada tanggal 1 Desember 1977 oleh penyair dan dramawan Rendra, bisa
memberikan aksentuasi gambaran dunia pendidikan perguruan tinggi saat ini, di mana
kampus mulai dipisahkan dari persoalan-persoalan sosial, dan mahasiswa sebagai
agen perubahan mulai tersingkir dari pergolakan sosial politik akibat kebijakan
pemerintah. Rendra, seorang pemikir besar yang selalu lantang menyuarakan
kritik kepada penguasa, menuliskan kegelisahannya, di sebuah era ketika pergerakan
mahasiswa ditekan oleh rezim Orde Baru,
”Kita ini dididik untuk memihak
yang mana?/ Ilmu-ilmu yang diajarkan disini akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan?.” Dan kini, setelah pergerakan mahasiswa berhasil
menumbangkan rezim Orde Baru, lalu dibajak oleh para politisi oportunis, hingga
agenda reformasi melaju tanpa arah yang pasti, mulai menampakkan geliat
perlawanannya setelah sekian lama mati suri.
BEM UI membuat catatan buruk
tentang kinerja Jokowi sebagai Presiden RI yang tidak berhasil membawa
Indonesia ke arah yang lebih baik. Ada beberapa issue nasional yang disampaikan
BEM UI dalam aksi Kartu Kuning untuk Presiden yang menjadi viral di media massa
& jejaring sosial media, antara lain :
1. Gizi Buruk di Asmat.
BEM UI mempertanyakan terjadinya
insiden kemanusiaan, gizi buruk yang melanda beberapa tempat di penjuru
Nusantara, khususnya Papua yang sangat berbeda dengan provinsi lainnya, karena
Papua memiliki dana Otonomi Khusus yang tidak sedikit jumlahnya. Pada tahun
2017, dana Otonomi Khusus untuk Papua dari Pemerintah pusat mencapai sekitar Rp
11,67 triliun, dipecah untuk 2 wilayah, yakni untuk Provinsi Papua sekitar Rp
8,2 triliun dan Provinsi Papua Barat sekitar Rp 3,47 triliun. Menurut Zaadit
Taqwa, “Kondisi gizi buruk tersebut tidak sebanding dengan dana otonomi khusus
yang Pemerintah alokasikan untuk Papua.”
2. Upaya Menghidupkan Kembai
Dwifungsi Polri/TNI. Langkah kontroversial dari ide Menteri Dalam Negeri
(Mendagri) Tjahjo Kumolo, mengusulkan
Perwira Tinggi (Pati) Polri yang masih aktif bertugas, menunjuk Asisten Operasi
Kapolri Irjen Mochamad Iriawan sebagai Plt. Gubernur Jawa Barat dan Kadiv
Propam Polri Irjen Martuani Sormin sebagai Plt. Gubernur Sumatera Utara. ”Hal tersebut
dikhawatirkan dapat mencederai netralitas Polri/TNI,” kata BEM UI, Zaadit Taqwa
menjelaskan. Wacana Mendagri dinilai sebagai upaya untuk menghidupkan kembali
dwifungsi Polri/TNI yang menyimpang dari semangat reformasi dan menabrak
perundang-undangan.
Ide ini menuai kecaman dan menjadi
polemik.
Menanggapi aksi Kartu Kuning yang
dilakukan Ketua BEM UI, Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi,
memberikan penjelasan kepada pers, bahwa Presiden Jokowi bersikap biasa saja
dan tidak tersinggung.
***
Kampus adalah laboratorium
multidisipliner ilmu, sebuah ruang berpikir untuk mahasiswa yang bukan hanya sebatas menimba
ilmu, membuat analisa dan melakukan penelitian ilmiah, tetapi juga kampus
adalah ruang kebebasan berpikir kritis untuk menyikapi realitas
sosial-politik-ekonomi, juga berbagai permasalahan yang timbul dari kebijakan Pemerintah
yang membentuk kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kampus adalah ruang
intelektualitas untuk melahirkan kader masa depan, keanekaragaman sikap dan
pandangan kritis mahasiswa merupakan aset negara sekaligus dinamika umum
sebagai bagian dari proses menuju terbentuknya iklim demokratisasi kampus yang
tidak menyingkirkan keanekaragaman pemikiran, karena ketika kampus hanya
gandrung pada prestasi akademik dan mengejar keseragaman pemikiran, maka kampus
tak ubahnya pabrik batu-bata; hanya melahirkan keseragaman sikap dan pemikiran
yang dicetak. Mahasiswa adalah pemegang tongkat estafet kepemimpian yang harus
dipersiapkan dengan jalan menggemblengnya bukan hanya dengan memberikan
berbagai wawasan disiplin ilmu pengetahuan dan memahami teknologi, tetapi menyediakan
kebebasan berorganisasi untuk mahasiswa dalam dunia kampus serta tidak
melakukan pengekangan terhadap pergerakan mahasiswa yang dinilai kritis terhadap
kebijakan pemerintahan.
Kedaulatan Indonesia, sebagai
sebuah negara dan bangsa, sesungguhnya tengah terancam oleh kekuataan besar
dari pihak luar yang secara agresif menyusup dan melancarkan serangan.
Penulis adalah:
Koordinator Divisi Komunikasi
Eksternal Satgas Advokasi Pemuda Muhammadiyah.
Entrepreneur yang tengah
menggeluti dunia hukum.
Pernah tercatat sebagai mahasiswa
Teater STSI/ISBI Bandung dan alumni Fakultas Hukum UMT Tangerang.Tulisannya
lebih banyak karya sastra dan tersebar diberbagai media massa. Kini, fokus
menulis esai tentang hukum dan politik.
1 Comments
Waw bahasanya dalam... He.. He
ReplyDelete