Petugas dari Tim Mabes Polri mekakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan ditemukan tubuh, kepal, tulang-belulang. (Foto: Istimewa/Humas) |
NET - Tim dari Markas
Besar (Mabes) Polri yang melakukan olah
Tempat Kejadian Perkara (TKP) di gudang kembang api di Jalan Salembaran sebelah SMP Negeri 1 Kosambi, Desa Belimbing
RT 20 RW 10 No. 77, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (30/10/2017) menemukan kembali
sesosok mayat yang untuh dan bagian tubuh manusia yang tergelak di lokadi
kejadian tersebut.
Namun demikian,
mereka belum bisa memastikan bagian tubuh yang utuh tersebut berjenis kelamin
laki-laki atau perempuan, karena kondisinya sudah sangat sulit dikenali.
Sedangkan bagian tubuh berupa kepala dan tulang- belulang diperkirakan bagian tubuh dari Ega Subarna,
tukang las yang menyebabkan gudang tersebut terbakar serta meledak.
"Kami
menduga bagian tubuh yang ditemukan itu adalah jenazah Endang Subarna. Karena
bagian tubuh itu berada di sekitar mesin las," ujar Kapala Polres Metro
Tangerang Kota Komisaris Besar (Kombes) Polisi Harry Kuniawan, seusai melakukan
olah TKP bersama Disaster Victim
Identification (DVI) Mabes Polri, Senin (30/10/2017) sore.
Pasalnya, kata
dia, jenazah tukang las tersebut, sejak peristiwa itu terjadi belum
diketemukan. Sementara itu, untuk korban
yang menderita luka bakar dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kabupaten Tangerang, kembali meninggal
dunia.
Korban atas nama
Antin Puspita,32, asal Kampung Lembur II, RT 07/08, Desa Lembur, Kecamatan
Kandang Serang, Pekalongan, Jawa Tengah.
Korban meninggal dunia karena mengalami luka bakar yang cukup parah, yaitu 80
persen lebih. Dengan demkian korban meninggal dunia menjadi 49 orang.
"Sejak
korban masuk rumah sakit tidak sadarkan diri dan kondisinya semakin memburuk
hingga meninggal dunia," ungkap Yulia Iskandar, Wakil Direktur RSUD Kabupaten
Tangerang.
Jenazah korban
oleh keluarganya langsung dibawa pulang ke kampung halaman untuk dimakamkan,
Pekalongan, Jawa Tengah.
Menurut
Suprio,37, istrinya kerja di Gudang Kembang Api di Kosambi, Kabupaten Tangerang,
sejak enam bulan lalu. "Dia pamit kerja dengan tujuan untuk membantu kebutuhan hidup keluarga," tutur Suprio.
Dengan begitu, Suprio yang bekerja serabutan di kampung halamannya, hanya akan
tinggal bersama anak semata wayangnya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar
(SD).
Suripto berharap
dari Pemerintah daerah maupun pusat mendapat perhtian yang cukup. Mengingat
istrinya bersedia bekerja di Gudang Kembang Api dengan gaji yang tidak layak
hanya karena kebutuhan hidup. "Saya
dan keluarga berharap mudah- mudahan ada perhatin dari Pemerintah," tutur
Suripto.
Sama halnya
dengan Ucin, paman Surnah, 14, yang pertama kali jenazahnya terindikasi di Rumah Sakit Polri Kramatjati,
Jakarta Timur. Laki-laki berkulit hitam legam itu mengaku sejak ponakannya dikabarkan meninggal dalam
tragedi kebakaran dan ledakan di gudang kembang api, hingga dimakaman di Tempat
Pemakaman Umum (TPU) Desa Belimbing, Kosambi, Kabupaten Tangerang, belum mendapatkan
santunan apapun dari Pemerintah, baik kabupaten Tangerang, Pemprov Banten
maupun Pemerintah Pusat.
”Kami minta
tolong sampaikan kepada Pemerintah agar ada perhatian kepada korban," ujar
Ucin.
Pasalnya, kata
dia, korban yang baru bekerja satu bulan lalu, dengan gaji perminggu Rp 200
ribu, benar-benar berasal dari keluarga tidak mampu. Dan keinginannya bekerja,
hanya untuk membantu kehidupan ibunnya, Astuti, dan lima orang adik tirinya
yang masih kecil.
"Sejak lulus
Sekolah Dasar, dia ingin bekerja. Karena sulit, akhirnya dia masuk bekerja di
gudang kembang api itu," kata dia.
Begitu gajian,
tambahnya, sebagian diberikan ke ibunya, dan sebagian lagi untuk jajan. “Dia
anak berbakti kepada orang tua. Dan
sejak kecil ditinggal pergi oleh ayahnya. Sejak kecil ia dan ibunya tinggal
bersama saya di Kampung Selebaran, RT 4 RW 16, Desa Belimbing, Kosambi,
Kabupaten Tangerang, Banten," ungkap
Ucin. (man)
0 Comments