Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pilkada Serentak 2018, Kota Tangerang Perang Baratayudha

Ahmed Zaki Iskandar dan Sachrudin.
(Foto: Tim Kreatif  TangerangNet.Com)  
Oleh: Memed Chumaedi  

PEMILIHAN  Kepala Daerah (Pilkada) serentak  kembali akan dilaksanakan pada tahun 2018 di Banten di antaranya; Kota Tangerang dan Kabupaten  Tangerang.

Kabupaten Tangerang dan kota Tangerang yang masih dipimpin oleh kepala daerah yang baru 1 periode ini, masih diapresiasi publik untuk kembali menjadi kontestan Pilkada 2018. Mengapa demikian?

Satu,  Arief Rachadiono Wismansyah sebagai Walikota Tangerang  dan Ahmed  Zaki Iskandar sebagai Bupati Tangerang  adalah kepala daerah yang sarat dengan prestasi, seabrek  prestasi yang diraih oleh 2 daerah ini menunjukan kapabilitas dari kepemimpinannya masing-maising.

Dua,  dukungan masyarakat terhadap  dua kepala daerah ini memperluas sentimen publik atas kualitas program kerja yang dicapainya selama memimpin.

Tiga, saya yakin ekspektasi publik kepada dua  kepala daerah ini masih diapresiasi dan mendapat support (dukungan-red)  untuk kembali maju pada  Pilkada 2018.

Ketiga  hal inilah yang menjadi dasar atas harapan kepada dua kepala daerah ini untuk maju kembali. Akan tetapi, ke depannya yang menarik adalah Pilkada Kota Tangerang yakni Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tangerang.                       

Pasca Pilkada Banten ada skema yang berubah pada persoalan politik di Kota Tangerang. Harapan publik terhadap Arief R. Wismansyah- Sachrudin sebagai Walikota dan Wakil Walikota Tangerang besar, karena Dwi Tunggal ini bisa menjalankan dan memperkuat satu dengan yang lainnya. Tapi dukungan Pilkada Banten kemarin memperlihatkan kesan bahwa sudah tidak romantis lagi dua orang ini yang pada akhirnya pesan yang  diambil oleh kita adalah perang Baratayudha di Kota Tangerang. Ini akibat dukungan terhadap calon Gubernur Banten (antara Wahidin Halim dan Rano Karno-red) masing-masing.

Dengan terpilihnya Sachrudin menjadi Ketua DPD (Dewan Pimpinan Daerah-red)  Partai Golongan Karya (Golkar) pun menjadi catatan bahwa semakin terang benderang untuk menghidupkan mesin politik pada persiapan 2018. Saya mendengar juga bahwa Arief mulai kewalahan dengan terpilihnya WH (Wahidin Halim-red)  sebagai Gubernur Banten akan mengganggu political standing dia yang pada akhirnya Arief mulai genit untuk mendekati Partai Demokra Indonesia Perjuangan (PDIP) dan bahkan untuk menjadi Ketua DPC  (Dewan Pimpinan Cabang-red) PDIP Kota Tangerang.

Akan semakin seru dan menarik jika dua orang ini sama-sama maju dari partai yg berbeda. Artinya, dua orang ini punya kualitas yang sama, Arief dan Sachrudin tidak bisa dipisahkan dari suksesnya pembangunan di Kota Tangerang.  Jika dua orang ini bercerai maka publik akan disuguhkan hidangan politik yang menggoda. Walaupun harapan publik pastinya akan tetap menginginkan mereka tetap bersatu untuk kembali maju di Pilkada Kota Tangerang                       

Satu, lain Arief lain Zaki. Zaki adalah sosok kepala daerah yang down to earth.  Zaki kerap membangun komunikasi ke publik secara lebih luas, tidak ada skat yg dimunculkan olehnya hanya untuk lebih dekat dengan masyarakat.  Dan yang menarik jarang sekali kepala daerah yang membalas komunikasi via WA (WhatsApp-red) rakyatnya maupun orang lain hanya untuk membiarkan berjalan baik komunikasi dengan warganya, tidak dibatasi olehnya. Karenanya bangunan komunikasi yang baik yang dilakukan bupati Zaki memperluas dukungan politik masyarakat kepadanya.

Dua, seabrek prestasi Zaki terlihat bahwa konsentrasinya membuahkan hasil, pada saat orang lain latah dengan prestasi-prestasi  seperti membuat taman yang kesannya copy paste, tapi Zaki malah memperkuat konsolidasi internal untuk memperluas basis ekonomi masyarakat di Kabupaten Tangerang. Hal ini agar tidak ada ketimpangan sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh warganya. Ini yang paling substantif menyentuh kepada kebutuhan dasar masyarakatnya. Akhirnya, semua kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan layak hidup terfasilitasi dengan baik olehnya.

Ketiga, dukungan partai politik semakin mulai menggeliat.  Zaki yang notabene sebagai Ketua Partai Golkar sejatinya sudah menganggap tiket aman, dan tidak dapat dipungkiri akan semakin banyak dukungan partai politik di parlemen mendukung  Zaki untuk maju pada Pilkada Kabupaten Tangerang.

Keempat,  survei internal salah satu partai politik yang saya terima dari popularitas  Zaki mencapai angka 85 persen dan keterpilihan diatas 50 persen  semakin mengecilkan nyali orang yang akan bertarung dengan Zaki.

Kelima, kepemimpinan yang berkesinambungan dan merakyat yang ditunjukan dimulai dari orang tuanya; Haji Ismet Iskandar dan dilanjutkan oleh Zaki Iskandar. Orang semakin bertambah yakin bahwa dua orang yang pernah dan sedang memimpin Kabupaten Tangerang memiliki karakter dan tujuan baik yang sama untuk mempertegas kesejahteraan untuk rakyat Kabupaten Tangerang.

Dan pastinya semua orang punya penilaian bahwa Zaki akan terpilih lagi tanpa ada rintangan yang dihadapinya. Wallahu a'lam bisshowab.

Penulis adalah:
Dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP),
Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT).

Post a Comment

0 Comments