Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dinas Pendidikan Akan Cabut Ijin PAUD dan TK Terapkan Calistung

Abduh Surahman: belajar sambil bermain.
(Foto: Istimewa)  
NET - Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Tangerang akan mencabut ijin Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK), apabila memberlakukan sistem belajar baca tulis dan hitung (calistung), seperti halnya siswa di sekolah dasar (SD).

"Apabila masih ada Paud dan Tk yang memberikan pembelajaran Calistung terhadap anak-anak pada usia dini atau enam tahun kebawah, kami akan bertindak tegas hingga ke pecabutan ijin oprasionalnya," ujar kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang  Abduh Surahman, menaggapi keresahan para orang tua yang anaknya berada di PAUD dan Tk wajib mengerjakan pekerjaan rumah (PR) Calistung, Kamis (30/3/2017).

Pasalnya, kata dia, anak-anak seusia itu, wajibnya hanya untuk bermain, bukan dipaksakan belajar seperti mereka yang duduk di SD. "Kalau mereka dipaksakan belajar seperti anak SD, dikhawatirkan stres dan bisa bunuh diri, seperti yang terjadi di negara Jepang," ungkap  Abduh Surahman.

Dan berdasarkan penelitian Universitas Indonesia (UI) pada  1974 lalu, kata dia,  anak-anak usia dini memang tidak harus  dipaksakan untuk belajar Calistung. Mereka diutamakan untuk bermain sambil belajar. Misal, dalam hal baris berbaris, anak pria diminta berada di posisi yang bagian depannya ada huruf A.

Sedangkan anak wanita di posisi huruf B. Sehingga secara tidak langsung mereka akan mengetatahui mana yang huruf A dan B. Begitu juga dalam hal kedisplinan. Sambil bermain prosotan dengan teman-temannya, mereka akan belajar mengantre. '"Di sinilah mereka akan  belajar disiplin dengan sendirinya. Karena bila bermain di rumah, pastinya mereka bermain  semaunya dan tidak perlu disiplin atau toleransi,'' tutur  Abduh.

Lebih jauh Abduh nenjelaskan apabila anak usia dini dipaksakan belajar seperti siswa SD, tentunya mereka akan mengalami peningkatan prestasi yang cukup signifikan. Namun peningkatan tersebut hanya akan berjalan  hingga mereka duduk di bangku kelas IV SD. Setelah itu akan mengalami penurunan drastis.

"Kalaupun prestasinya naik, akan terjadi lagi   sekitar kelas 2 SMA. Namun tetap sulit untuk mencapai prestasi tertinggi. Bahkan cenderung kurang bertanggung  jawab dan hanya mencari kesenengan pribadi lantaran kesenangan masak kecilnya berkurang," kata dia.

Buktinya,  kenakalan anak akan terjadi pada masa-masa tersebut, seperti tawuran dan lainnya. Dan  untuk mengantisipasi hal itu, kata Abduh, pihaknya kerap melakukan sosialisasi kepada para pendidik PAUD dan TK. Dengan melibatkan beberapa tokoh pendidikan, seperti Arif Rahman Hakim, Kak Seto, Kak Sinung (staf ahli Kemendikbud) dan Elly Risman (psikolog anak). Mengingat para pendidik PAUD dan TK banyak yang tidak memahami apa yang seharusnya mereka terapkan kepada siswa-siswinya.

Itu terjadi, kata Abduh, karena stadarisasi pendidik PAUD dan TK belum ditentukan. " Standarisasi pengajar PAUD dan TK sampai sekarang belum ditentukan, sehingga masih banyak di antara mereka yang hanya luluasan SMA maupun setingkat ya," ucap Abduh.

Ditanya banyak orang tua yang memasukkan anaknya ke PAUD dan TK, karena saat masuk SD mereka akan di tes Calistung, Abduh mengatakan itu tidak benar. Karena penerimaan siswa SD, hanya akan berpatokan kepada anak yang berusia tujuh tahun. " Jadi kalau ada anak yang usianya lebih dari tujuh tahun, itulah yg diprioritaskan. Sementara yang kurang akan mengikuti kuota yang dibutuhkan sekolah," kata dia.

Adapun beberapa orang tua yang merasa resah lantaran anaknya di PAUD dan TK harus selalu mengerjakan PR disampaikan oleh Dewi dan Bintang. Sehingga mereka kerap mendatangi sekolah hanya untuk menjelaskan anaknya yang tidak mau mengerjakan PR tersebut. "Saya heran kenapa anak saya selalu mendapat PR Calistung. Padahal di sana mereka hanya untuk bermain," ucap  Bintang.

Senada pula dengan Dewi yang anaknya sekolah di salah satu TK di Kota Tangerang. (man)

Post a Comment

0 Comments