Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kota Tangerang Kaji Kelayakan Transportasi Massal Railed Bus

Bus Kertalaya: produksi PT Inka Madiun.  
TANGERANG - Posisi strategis Kota Tangerang sebagai salah satu kota  penyangga kegiatan ibukota Negara memerlukan sistem layanan transportasi yang memadai dari sisi aksesibilitas, kapasitas, maupun tingkat layanan yang tinggi.

Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang  efisien dan efektif merupakan salah satu solusi permasalahan transportasi Kota Tangerang dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan transportasi publik untuk mendukung perkembangan aktivitas sosial maupun ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.

Salah alternatif teknologi SAUM yang sudah dikembangkan di beberapa kota di Indonesia adalah Bus Rapid Transit (BRT) yang berbasis jalan raya seperti di Kota Jakarta, Bogor, Pekanbaru serta Railed Bus yang berbasis jalan rel seperti di Solo dan Palembang.

Sangat perlu dilakukan kajian perencanaan kelayakan transportasi massal berbasis Railedbus di Kota Tangerang untuk mengetahui potensi pengembangan moda transportasi tersebut dikaitkan dengan tingkat permintaan perjalanan, kepadatan lalu lintas, dan strategi manajemen transportasi serta referensi dari berbagai kota lain yang telah menyelenggarakan railedbus.

Maksud, Tujuan, Keluaran, dan Manfaat
1.       .Meningkatkan Pelayanan Transportasi bagi masyarakat khususnya dibidang angkutan umum.
2.        Mengetahui tingkat kelayakan Transportasi Massal berbasis Railedbus di Kota Tangerang.
3.      
Ide Awal Rencana Railed Bus di Kota Tangerang
Kota Tangerang berencana meluncurkan transportasi bus rel untuk menghubungkan sisi Utara (Kotabumi) dan Selatan (Islamic Village) Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang. Hal ini diungkapkan  oleh Kepala Badan Perencanaan Daerah Kota Tangerang Said Endrawiyanto.

Jalur Bus rel akan dibangun di sisi Sungai Cisadane dari wilayah Utara dan Selatan Kabupaten Tangerang hingga ke Stasiun Tangerang dengan jarak masing-masing  jalur sekitar 7-10 Km. Rute bus rel ini direncanakan akan mulai dari Kotabumi, Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang sampai Stasiun Kota Tangerang.

Jika bus rel ini sudah beroperasi, keberadaannya akan memudahkan warga Kabupaten Tangerang untuk mengakses moda transportasi  terintegrasi lain, yakni bus TransJakarta rute Blok M - Ciledug yang juga sedang dibangun Pemprov DKI Jakarta yang kemudian akan dilanjutkan sampai Terminal Poris Plawad dan teringrasi dengan rel kereta api Tangerang-Jakarta.
  
Selain keterhubungan wilayah dalam konteks Pusat Kajian Nasional (PKN) Jabodetabek, pengembangan wilayah Kota Tangerang tidak terlepas juga dengan keterhubungan antar kawasan perkotaan dalam konteks Tangerang Raya   (Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang dan DKI Jakarta).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Kota Tangerang termasuk ke dalam Kawasan Perkotaan Jabodetabek yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN).

Dalam Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 2 Tahun 2011 tentang RT/RW Provoinsi Banten 2010 – 2030, disebutkan bahwa Kota Tangerang beserta Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang merupakan Wilayah Kerja Pembangunan (PKP) antara lain fokus dalam pengembangan perdagangan dan jasa serta perumahan dan pendidikan.

Kawasan Perkotaan Pandeglang dan Kawasan Perkotaan Rangkasbitung sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan mengusulkan Panimbang, Bayah, Maja, Balaraja, dan Teluk Naga sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWP). Sedangkan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditetapkan perkotaan Labuan, Cibaliung, Malingping, Anyar, Baros, Kragilan, Kronjo, dan Tigaraksa.
Perkembangan Teknologi Railed Bus. 

Tram merupakan kereta yang memiliki rel khusus di dalam kota. Tram biasanya lebih ringan dan lebih pendek daripada kereta konvensional. Disebut Light Rail karena memakai kereta ringan sekitar 20 ton seperti bus, tidak seberat kereta api yang 40 ton. Kendaraan ini biasanya hanya terdiri atas satu set (dua gerbong), karena harus menyesuaikan dengan keadaan lingkungan jalan kota yang tidak boleh terlalu panjang, karena berbaur dengan lalu lintas kota lainnya.

Dual Mode Vehicle (DMV) adalah sistem transportasi dimana kendaraan dapat dioperasikan/dijalankan di jalan raya dan pada suatu guideway.  Pada umumnya dual mode vehicle dijalankan dengan menggunakan tenaga listrik untuk perjalanan jarak pendek dengan kecepatan yang rendah sedangkan untuk perjalanan yang relatif jauh dan dengan kecepatan tinggi mengunakan track-fed power.

Saat ini di Jepang dual mode vehicle masih dalam proses pengembangan  dan diberi nama JR Hokkaido DMV.

Guided bus yaitu ‘tramway on tires", di mana kendaraan dipandu oleh rel tetap di permukaan jalan dan menarik arus dari kabel listrik overhead (baik melalui pantograph atau troli tiang), biasanya berada di jalur khusus atau roll way (bantalan yg ditempatkan pada slab beton). Guidance bus dapat dirangkaikan sehingga memungkinkan mengangkut lebih banyak penumpang, tapi tidak sebanyak light rail atau trem dan juga tidak dikemudikan dengan bebas di jalan umum. Terdapat 3 macam guidance systems yaitu optical guidance, magnetic guidance, kerb guidance.

Pengembangan dari guided bus dimana kendaraan dipandu pada rel yang terdapat dipermukaan jalan  dan ditarik oleh kabel listrik. Saat ini terdapat dua model yaitu Guided Light Transit (GLT) yang dikembangkan Bombardier Transportation dan Translohr dari Lohr Industrie.

Pada sistem Guided Light Transit (GLT) double-flanged roda antara karet ban mengikuti penduan rel kereta sedangkan pada sistem Translohr, roda menjepit  rel dengan sudut 45 derajat.

Bus rel Kertalaya adalah bus rel pertama yang dibuat oleh PT Inka Madiun dan beroperasi di Indonesia. Moda transportasi cepat massal ini menghubungkan di Stasiun Kertapati dengan Indralaya di Kabupaten Ogan Ilir  (nama bus rel diambil dari gabungan kedua setasiun itu).

Bus Kertalaya sudah beroperasi di sejumlah daerah. 
KA Kertalaya bisa mengangkut sebanyak 200-an penumpang. Tarif ongkosnya Rp 3.000 setiap penumpang. Namun untuk perjalanannya hanya satu kali PP yakni pagi berangkat dari Palembang dan siang harinya akan kembali ke Palembang dari Indralaya.

Railbus Kertalaya merupakan rakitan PT Inka Madiun dengan mengandalkan mesin diesel elektrik berkapasitas 290 kilo volt ampere (KVA) mampu berlari dengan kecepatan hingga100 km/jam. Namun dalam pengoperasiannya, dengan alasan keamanan, PT Kereta Api Sub Divisi Regional III 1 Kertapati Sumatera Selatan, hanya memacu dengan kecepatan rata-rata 60 Km/jam.

Dengan kecepatan tempuh rata-rata 60 Km/jam, kereta moderen berkepala biru muda dengan strip hijau bernama ”Kertalaya” ini hanya membutuhkan waktu antara 20-25 menit untuk menelusuri rel sepanjang 22,5 kilometer yang dilaluinya. (Adv)




Post a Comment

0 Comments