Berita Terkini

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

MEA Sudah Berjalan, Prakondisi Tidak Ada


Oleh Dodi Prasetya Azhari, SH 


Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 berlandaskan pada 3 pilar, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community), dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community). Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) 2015,  akan diarahkan kepada pembentukan sebuah integrasi ekonomi kawasan dengan mengurangi biaya transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis, serta meningkatkan daya saing sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah-red).

Pemberlakuan AEC 2015 bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, berdaya saing tinggi, dan secara ekonomi terintegrasi dengan regulasi efektif untuk perdagangan dan investasi, yang di dalamnya terdapat arus bebas lalu lintas barang, jasa, investasi, dan modal serta difasilitasinya kebebasan pergerakan pelaku usaha dan tenaga kerja.

Implementasi AEC 2015 akan berfokus pada 12 sektor prioritas, yang terdiri atas 7 (tujuh) sektor barang (industri pertanian, peralatan elektonik, otomotif, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil) dan 5 (lima) sektor jasa (transportasi udara, pelayanan kesehatan, pariwisata, logistik, dan industri teknologi informasi atau se- ASEAN).

Pada negara berkembang pembangunan ekonomi merupakan perencanaan utama yang disusun dalam perencanaan pembangunan jangka panjang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu kebutuhan yang mendesak dan sangat kompetitif.

Keran arus uang, barang, jasa, dan manusia, akan dibuka selebar-lebarnya, khususnya negara Asia Tenggara. Sumber daya manusia menjadi salah satu faktor penentu unggul-tidaknya suatu negara. Di lain hal, setiap negara berlomba-lomba menarik sebanyak-banyaknya aliran investasi dari negeri tetangga.

Pertarungan interaksi antar pelaku ekonomi dunia kerja di negara ASEAN  akan semakin memiliki peluang dan tantangan yang lebih besar. Indonesia  akan menjadi target market destination (tujuan pasar) terbesar sebagai pusat perputaran ekonomi. Indonesia akan menjadi kiblat bagi negara ASEAN dalam pertarungan globalisasi.

Kondisi tersebut akan mengantarkan manusia menjadi semakin fragmatis dan materialistis. Maka,mau tidak mau harus membekali diri dalam bentuk pengetahuan (knowledge) dan jaringan (network). Indonesia sangat layak untuk memimpin ASEAN, jika melihat dari laju ekonomi dan pertumbuhan populasi sebagai jaminan tersedianya sumber daya manusia, lokasi yang strategis, dan sumber daya alam yang seolah tanpa batas, serta daya tarik kehidupan demokrasi dan stabilitas politik.

MEA telah dicanangkan beberapa waktu yang lalu, tetapi implementasinya belum terlihat di Indonesia, kecuali pada tahap diskusi, diseminasi dan sosialisasi, sementara negara lain sudah masuk dalam tahap implementasi. Padahal, MEA bukan sebatas jargon, melainkan sudah bekerja nyata. Sepertinya Indonesia dalam menghadapi MEA seolah adu penalti dalam sepak bola. Faktor keberuntungan sangat diharapkan “Masih meraba-raba. Kalau bisa syukur, kalau tidak ya mau gimana lagi?" lalu bagaimana dengan studi banding pelayanan publik ke sana ke mari para elite/pejabat.

Masyarakat Ekonomi ASEAN tak bergaung. Tak ada yang mengingatkan, tak ada pidato, tak ada yang bikin ramai, padahal  sudah sehari  mulai berjalan. Ini bangsa niat nggak sih mau maju dan bersaing? Negara tetangga sudah keringat pemanasan, kita masih tidur pulas.

Pertanyaan berikutnya, adalah hasil dari pelesiran. Mampukah kita kemudian bersaing dengan Singapura, Malaysia,Vietnam, atau Brunei?

Penulis: Ketua Umum Suara Kreasi Anak Bangsa (SKAB)
Tinggal di Kelurahan  Serua, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan.





Post a Comment

0 Comments